Moneter dan Fiskal

Surplus Neraca Dagang RI Terus Turun, Warning Buat Pemerintah

Jakarta – Ekonom dan Direktur Eksekutif Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyatakan surplus neraca dagang Indonesia yang terus menunjukkan tren penurunan beberapa waktu terakhir ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Bahkan, ia katakan jika produk-produk impor yang tak terdaftar yang masuk ke Indonesia lebih banyak ketimbang yang terdaftar.

“Yang dirasa dalam dua sampai tiga tahun terakhir adalah surplus perdagangan kita semakin turun. Kalau kita lihat, kita pernah surplus itu mencapai USD5 miliar, sekarang cuma USD3 miliar ke bawah serta growth-nya makin turun ke 2,87 persen,” ucap Tauhid pada sebuah acara diskusi di Jakarta, Jumat, 22 Maret 2024. 

Baca juga: Top! Neraca Perdagangan RI Surplus 45 Bulan Beruntun

“Bahkan, kalau kita lihat growth-nya kemarin kenapa lebih panas, karena kita lihat ekspor kita minus 9,4 persen, tapi impornya justru naik 15,8 persen. Nah, ini berbahaya kalau defiasinya terlalu tinggi. Di Februari makanya ada dugaan bahwa jangan-jangan impor yang dilakukan itu tidak tercatat di pelabuhan dan sebagainya. Ini jauh lebih besar,” jelasnya lagi.

Lebih lanjut ia terangkan, produk-produk yang masuk ke Indonesia dari luar negeri bisa saja adalah produk ilegal berupa tekstil dan sebagainya yang sebenarnya banyak sekali masuk ke Indonesia. Menurutnya, pola yang seharusnya terjadi adalah jika nilai ekspor positif, maka nilai impornya juga akan positif. Sementara yang terjadi saat ini adalah kebalikannya, di mana nilai ekspor minus 9,4 persen, namun nilai importasinya malah meningkat.

“Ini ekpornya turun drastis, berarti pasar global negara mitra kita China, Amerika Serikat, Jepang, itu tengah mengalami permintaan turun, tapi importasinya meningkat. Biasanya, kalau yang normal ketika ekspor meningkat, impor juga meningkat. Karena apa? Bahan baku, barang modal, dan juga bahan penolong sebagian industri kita berasal dari luar, seperti produk tekstil, produk apparel, produk otomotif, besi baja itu banyak yang dari impor, walaupun menjualnya ekspor,” paparnya.

Bahkan, ia katakan yang menariknya lagi adalah ketika impor meningkat tajam hingga 15,8 persen dan nilai ekspor turun, artinya banyak barang-barang konsumsi atau produk-produk dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri. Hal ini pada akhirnya akan menggerus cadangan devisa nasional.

Baca juga: BI: Surplus Neraca Perdagangan Menopang Ketahanan Ekonomi Indonesia

“Memang pemerintah senang karena masih surplus, tapi tren ekspor ini melemah. Bayangkan dia negatif selama satu tahun terakhir. Ini yang tidak baik begitu ya, dan ini memang ancaman dari situasi global. Ini yang saya kira bagaimana rezim baru membalikkan keadaan ke tahun 2022 atau sebelum pandemi Covid,” imbuh Tauhid.

Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor Februari 2024 sebesar USD19,31 miliar, terkontraksi 9,4 persen year on year (yoy). Sementara itu, nilai impornya mencapai USD18,44 miliar, tumbuh 15,8 persen yoy. Sedangkan pertumbuhan surplus neraca dagang Indonesia tercatat sebesar 2,87 persen per Februari 2024, atau turun 6,41 persen ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 9,28 persen. (*) Steven Widjaja

Galih Pratama

Recent Posts

Jumlah SID Naik, BEI Gaspol Tingkatkan Keaktifan Investor di Pasar Modal

Balikpapan – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah single investor identification (SID) menembus 14 juta per… Read More

2 hours ago

Generali Indonesia Beri Perlindungan Asuransi bagi 6.000 Pelari di PLN Electric Run 2024

Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More

2 hours ago

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

9 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

10 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

23 hours ago

KemenKopUKM Gandeng Surveyor Indonesia Verifikasi Status Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More

24 hours ago