Jakarta–Bank Indonesia (BI) terus mendukung sektor properti antara lain melalui kebijakan suku bunga yang rendah. Dengan suku bunga yang rendah, diharapkan dapat menopang pertumbuhan sektor properti khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Ita Rulina menilai, suku bunga kredit yang rendah lebih mempengaruhi pertumbuhan KPR dibandingkan dengan kebijakan makroprudensial. BI sendiri di sepanjang 2016 telah menurunkan suku bunganya hingga 100 basis points (bps).
Baca juga: Bank Diminta Perbanyak Salurkan KPR ke MBR
“Suku bunga kredit lebih pengaruh ketimbang kebijakan makroprudensial. Tapi kebijakan makroprudensial, penurunan loan to value (LTV) kita sudah keluarkan empat kali,” ujarnya dalam seminar yang diselenggarakan Infobank dan Perbanas dengan tema Sinergi Antara Regulator, Perbankan & Pengembang Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Kredit & Perlindungan Konsumen di Sektor Property di Jakarta, Rabu, 17 Mei 2017.
Menurutnya, saat ini pangsa pembiayaan perumahan dengan menggunakan KPR mengalami peningkatan. Namun demikian, potensi kenaikan demand (permintaan) di sektor properti pada semester satu tahun ini terkendala oleh adanya kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang membuat konsumen menunda pembelian properti. “Kenaikan harga komoditas juga belum sepenuhnya berdampak pada kenaikan permintaan KPR,” ucapnya. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Page: 1 2
Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok Peraturan Pemerintah (PP) perihal hapus tagih… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata upah buruh di Indonesia per Agustus 2024… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (5/11) berakhir ditutup pada zona… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia di kuartal III 2024 tumbuh… Read More
Jakarta - Di era globalisasi ini, perusahaan yang memegang kendali dan memimpin teknologi dipastikan berpeluang… Read More
Jakarta – Google Pixel, smartphone besutan Alphabet, mengalami nasib serupa dengan iPhone 16 yang dilarang… Read More