Dengan demikian, kata dia, kondisi secara umum di lingkup global masih sejalan dengan proyeksi sebulan sebelumnya. “Tetapi, di AS ini tantangannya adalah Fed Fund Rate yang akan tetap naik di 2017 sekali dan tahun depan tiga kali,” tegasnya.
Sehingga, kondisi di AS tersebut yang paling menjadi perhatian adalah terkait sikap The Fed yang memiliki neraca besar akan mengurangkan besaran neracanya dalam upaya menjaga stabilitas keuangan dunia. “Yang dikaji (The Fed), kebijakan fiskal di AS kelihatannya agak mundur,” paparnya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Tetap di Rentang 5-,0-5,4%
Agus Marto menilai, kemunduran kebijakan fiskal di AS tersebut akan berdampak negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. “Karena sebelumnya ada optimisme kebijakan fiskal akam cepat dan membantu pertumbuhan. Tetapi sekarang, kebijakan fiskal itu juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di AS,” paparnya.
Selain itu, kondisi perekonomian Indonesia juga tetap berada dalam tren pemulihan ke arah yang lebih positif. “Inflasi terjaga, dan inflasi itu ada pada kondisi rendah dalam banyak hal permintaan rendah. Inflasi (rendah) ini juga dipengaruhi oleh harga pangan yang terjaga,” tutupnya. (*)
Page: 1 2
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More
Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta — Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mencatat, penggunaan QRIS di Jawa Tengah… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More