Jakarta–Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) telah memutuskan untuk kembali menurunkan tingkat bunganya yakni refinancing rate (lending rate) diturunkan dari 0,05% ke 0%, sementara deposit rate turun 10 basis poin (bps) ke minus 0,40%.
Menyikapi kondisi ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan, dengan adanya keputusan ECB tersebut, saat ini reaksi pasar berbeda-beda. Oleh sebab itu, BI akan terus mengamati reaksi pasar yang dikhawatirkan akan berdampak ke Indonesia.
“Kami lihat reaksi pasar berbeda-beda. Ini perlu kami amati. Karena pasar juga merasa otoritas moneter di eropa sudah keluarkan yang terakhir. jadi peran fiskal dalam reformasi struktural harus dilaksanakan,” ujar Agus di Jakarta, Jumat, 11 Maret 2016.
Untuk mengatasi dampak dari keputusan ECB itu, kata Agus, pihaknya akan meningkatkan koordinasi baik dengan pemerintah maupun lembaga dan otoritas terkait untuk menjaga kondisi fiskal, moneter, dan sektor riil yang dikhawatirkan akan berpengaruh.
Lebih lanjut dia melihat, bahwa keputusan ECB untuk menurunkan suku bunganya itu, merupakan kebijakan moneter yang tidak biasa. Sehingga, kondisi tersebut tentu harus didukung juga dengan kebijakan sektor riil dan fiskal.
“Untuk Indonesia secara umum kami lihat ini memang kebijakan moneter yang un-conventional atau tidak biasa. Ini sejalan dengan G20 respon stance moneter tidak bisa hanya andalkan stance moneter dan harus didukung kebijakan sektor riil dan fiskal. Kami respon begitu,” tukasnya.
Sebagaimana diketahui, keputusan ECB tersebut diambil dengan latar belakang terjadinya deflasi di zona Eropa (deflasi 0,2% di bulan Februari), pelambatan ekonomi China akibat transisi menuju ekonomi berbasis konsumsi, dan pelambatan ekonomi di Negara berkembang lainnya termasuk resesi yang terjadi di Brazil dan Rusia.
ECB memperkirakan inflasi masih akan negatif dalam beberapa bulan ke depan dan akan naik pada bulan-bulan selanjutnya menjelang akhir 2016. ECB memperkirakan inflasi zona Eropa tahun 2016 di sekitar 0,1% yoy. Sementara itu pertumbuhan ekonomi zona Eropa tahun 2016 juga diturunkan dari 1,7% menjadi 1,4%.
Dalam pernyataannya ECB menyebutkan, bahwa masing-masing stimulus dirancang sedemikian rupa untuk memberikan dampak maksimum dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menaikkan harga-harga barang. ECB juga ingin menunjukkan bahwa ECB tidak kekurangan amunisi, dan siap untuk menurunkan kembali tingkat bunga meskipun hal itu tidak akan terjadi lagi dalam waktu dekat. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta - Bank Mandiri terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program 3 juta rumah yang diinisiasi… Read More
Jakarta – Akhir tahun menjadi momen yang cocok untuk menghabiskan liburan bareng keluarga. Jika Anda… Read More
Jakarta – Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk kredit investasi padat karya pada tahun 2025. Anggaran… Read More
Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat per 20 Desember 2024, terdapat 22 perusahaan… Read More
Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah meminta pemerintah melakukan mitigasi risiko… Read More
Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mencatat sebanyak 1.170.098 kendaraan meninggalkan wilayah Jabotabek pada… Read More