Jakarta – Di tengah tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit perbankan masih mampu tumbuh positif. Bank Indonesia mencatat, penyaluran kredit perbankan pada Juli 2018 mencapai sebesar Rp4.989,8 triliun atau mengalami pertumbuhan hingga 11 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 10,5 persen (yoy).
Berdasarkan data uang beredar BI yang dikutip, di Jakarta, Jumat, 31 Agustus 2018 menunjukkan, peningkatan penyaluran kredit terjadi pada debitur korporasi maupun debitur perorangan dengan pangsa masing-masing 49,7 persen dan 46,1 persen dari total kredit. Pertumbuhan kredit korporasi tercatat 12,7 persen (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 12,1 persen (yoy). Sementara kredit untuk debitur perseorangan tumbuh 9,4 persen (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 8,9 persen (yoy).
Jika dilihat dari jenis penggunaannya, peningkatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada seluruh jenis penggunaannya. Kredit investasi (KI) tumbuh meningkat dari 9,4 persen (yoy) pada Juni 2018 menjadi 9,9 persem (yoy) terutama terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) yang tumbuh meningkat dari 5,1 persen (yoy) menjadi 7,2 persen (yoy). Peningkatan ini terjadi pada subsektor perdagangan ekspor minyak biji kelapa sawit mentah di wilayah Sumatera Utara dan Jawa Timur.
Selain itu, peningkatan pertumbuhan Kl juga terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dari sebelumnya tumbuh 7,3 persen (yoy) menjadi tumbuh 8 persen (yoy) di Juli 2018, peningkatan tersebut terutama pada Kl yang disalurkan kepada perusahaan subsektor perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara dan Kalimantan Barat.
Sedangkan pada Kredit Modal Kerja (KMK) juga tumbuh meningkat dari 11 persen (yoy) menjadi 11,5 persen (yoy) terutama disebabkan oleh akselerasi penyaluran KMK pada sektor PHR dan sektor industri pengolahan. KMK Sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 9,8 persen (yoy) dibanding bulan sebelumnya sebesar 9,7 persen (yoy). Akselerasi tersebut terutama didorong oleh KMK yang disalurkan untuk perusahaan perdagangan minyak kelapa sawit di Sumatera Utara dan DKI Jakarta.
Baca juga: Efisiensi Bank Penting di Tengah Suku Bunga BI Yang Tinggi
Peningkatan penyaluran kredit pada komoditi sawit dan turunannya tersebut seiring dengan penerapan program pemerintah Mandatori Biodiesel B2O pada bulan September 2018. Akselerasi pertumbuhan juga didorong oleh KMK yang disalurkan untuk sektor industri pengolahan yang tercatat mengalami kenaikan dari 9,8 persen (yoy) menjadi 10,1 persen (yoy) diJuli 2018, didorong oleh pertumbuhan subsektor industri pupuk di Sumatera Selatan dan Jawa Barat serta subsektor industri kimia dasar di Banten.
Selanjutnya, untuk kredit konsumsi (KK) pun tercatat tumbuh meningkat dari 10,6 persen (yoy) pada Juni 2018 menjadi 11,3 persen (yoy) di Juli 2018 yang disebabkan oleh akselerasi KPR, KKB, dan Kredit Multiguna, yang masing-masing tumbuh sebesar 13,7 persen (yoy), 12,5 persen (yoy), dan 13,8 persen (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,5 persen (yoy), 9,5 persen (yoy), dan 13,3 persen (yoy).
Akselerasi juga terjadi pada penyaluran kredit properti yang meningkat dari 14,7 persen (yoy), menjadi 15,1 persen (yoy), pada seluruh subsektornya yaitu KPR/KPA, kredit konstruksi, dan kredit real estate. Pertumbuhan kredit KPR/KPA meningkat dari 13,5 persen (yoy) menjadi 13,7 persen (yoy) terutama untuk KPR tipe di atas 70 yang berlokasi di DKI Jakarta dan Sumatera Utara. Kredit untuk real estate tumbuh meningkat dari 11,9 persen (yoy) menjadi 12,5 persen (yoy) pada Juli 2018 khususnya kredit yang disalurkan pada subsektor real estat gedung perbelanjaan di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Sementara itu, peningkatan kredit konstruksi pada Juli 2018 sebesar 18,7 persen (yoy) dari 18,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya bersumber dari konstruksi perumahan menengah, besar, dan mewah di wilayah DKI Jakarta dan Banten.
Sedangkan dari sisi suku bunga simpanan dan kredit menurut BI, transmisi peningkatan suku bunga kebijakan Bank Sentral sudah mulai terlihat pada kenaikan suku bunga simpanan, sementara transmisi kebijakan pada suku bunga kredit belum terlihat. Transmisi dampak kebijakan BI ke suku bunga simpanan tercermin pada kenaikan suku bunga simpanan berjangka di hampir seluruh tenor.
Adapun suku bunga simpanan dengan tenor 1, 3, 6, dan 24 bulan pada Juli 2018 masing-masing tercatat sebesar 6,01 persen, 5,99 persen, 6,29 persen, dan 6,77 persen meningkat dibandingkan 5,74 persen, 5,83 persen, 6,12 persen, dan 6,68 persen. Namun, suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 12 bulan tercatat masih mengalami penurunan dari 6,32 persen menjadi 6,29 perssn. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan relatif stabil yaitu sebesar 11,04 persen atau turun 1 basis poin dari bulan sebelumnya. (*)
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mencatatkan surplus sebesar USD2,48… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) baru saja menggelar Rapat Umum… Read More
Jakarta - Rupiah diperkirakan akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring penguatan dolar… Read More