Jakarta – Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Hal tersebut sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, di mana untuk jangka pendek, ekonomi diprediksi masih tetap tumbuh, kredit dan perbankan juga menunjukan kinerja yang cukup baik sehingga berpengaruh kepada pasar yang mengalami peningkatan.
“BI rate tetap di level 3,5% yang merupakan level terendahnya, itu memang sesuai dengan keinginan pelaku pasar. Nah tapi itu jangka pendeknya saja,” ujar Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat saat dihubungi infobanknews, dikutip 26 Juli 2022.
Teguh optimis pada akhir tahun IHSG akan ditutup pada posisi 7.000-7.400 atau meningkat 10% dari angka 6.500 di awal tahun tergantung pada perekonomian dalam negeri, serta isu-isu lainnya. Ia juga memperkirakan adanya peningkatan pada pasar saham dikarenakan telah melewati masa resesi tahun 2020 dan 2021 dan saat ini telah memasuki era pemulihan ekonomi.
“Saya termasuk percaya bahwa pasar saham kita itu, IHSG kita, harga-harga saham itu tidak perlu ditopang dalam artian IHSG jangan sampai jeblok, yang penting adalah fundamental ekonomi di dalam negerinya, kalau memang ekonomi kita bagus, maka harga-harga saham gak akan jeblok, gitu aja,” ungkap Teguh.
Menurut Teguh, IHSG Indonesia masih terbilang positif meskipun sempat menurun tipis sebesar 3-5% dan kembali ke posisi awal tahun yang sebesar 6.500-6.600 yang sebelumnya mencapai angka 7.200. Jika dibandingkan dengan kinerja Amerika Serikat yang sudah -14% sejak awal tahun, Indonesia masih dalam posisi positif.
“Nah, kenapa angkanya masih bagus karena sebenarnya di kita ini ekonomi bagus untuk ukuran negara emerging market itu bagus, inflasi di negara kita ini masih relatif terkendali, kemudian pertumbuhan ekonomi kita juga sudah mulai positif lagi, pandemi juga sudah terkendali, kinerja emiten sudah mulai pulih sejak kemarin turun di 2020 dan 2021,” imbuhnya.
Baca juga : IHSG Bisa Balik ke 7.200 Jika BI Naikkan Suku Bunganya
Jika nantinya suku bunga acuan BI naik menjadi 4%, Teguh memperkirakan hal tersebut akan menjadi sentimen negatif yaitu penurunan IHSG tetapi tidak berdampak terlalu signifikan, karena didukung oleh perekonomian yang sudah sangat baik IHSG dipastikan akan naik kembali.
“Jadi, sebenernya BI rate itu dipertahankan kalau tujuannya untuk bikin IHSG kita tidak drop, kalau pun BI rate naik mungkin jangka pendeknya sentiment saja ya pasar drop sebentar tapi eventually akan naik lagi karena dasar ekonomi kita sebenernya masih sangat bagus gitu,” tutupnya (*) Khoirifa.
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More