Keuangan

Strategi Indonesia Re Hadapi Tantangan Ekonomi dan Pemerintahan Baru di 2025

Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero), atau lebih dikenal sebagai Indonesia Re, telah merumuskan berbagai strategi untuk menyongsong tahun 2025. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi sentimen makroekonomi serta perubahan yang mungkin terjadi akibat pemerintahan baru.

Client Market and Treaty Divisi on Head Indonesia Re, Widyo Primastowo, mengatakan bahwa salah satu fokus utama perusahaan adalah memperbaiki portofolio pada lini bisnis yang belum memberikan keuntungan optimal.

“Untuk bisnis terbesar Indonesia Re sebenarnya masih reasuransi umum, jadi kita masih fokus di sana, yang mana sebenarnya reasuransi umum juga membutuhkan improvement di portfolio kita juga terutama dari segi terms and conditions,” ujar Widyo dalam konferensi pers di Lembang, Bandung, usai kegiatan Media Engagement, Sabtu, 7 Desember 2024.

Baca juga: Mobil Dinas Pejabat Bakal Diasuransikan Pakai APBN, OJK Beri Respons Begini

Selain pengetatan syarat dan ketentuan pada reasuransi umum, Indonesia Re juga berencana melakukan perbaikan pada sisi harga (pricing), serta mengoptimalkan struktur dan desain reasuransi. Upaya ini telah dimulai sejak proses underwriting pada 2023.

Di sisi lain, Widyo juga melihat dengan adanya pemerintah baru, ke depannya diperkirakan akan mengubah peta dari sektor riil yang juga didukung oleh bisnis asuransi dan reasuransi, jika nantinya terjadi penurunan daya beli masyarakat.

“Kalau misalnya ada hal yang membuat daya beli masyarakat menurun, nah itu pasti di asuransi juga akan kelihatan contohnya sebenernya kalau misalnya penjualan kendaraan menurun pasti industri asuransi juga akan menurun secara overall karena asuransi kendaraan itu nomor tiga sebenernya dari keseluruhan,” imbuhnya.

Baca juga: CORE Indonesia Ingatkan Potensi Peningkatan Pengangguran

Sementara itu, ia menambahkan bahwa penurunan suku bunga sebagai salah satu sentimen makroekonomi juga memiliki dampak signifikan, terutama pada sektor properti. Penurunan suku bunga biasanya meningkatkan minat masyarakat untuk mengambil KPR, kredit usaha, maupun kredit konsumtif.

“Di sektor asuransi kredit juga sama kalau bunga rendah orang cenderung berani untuk ambil kredit kan entah itu untuk ekspansi usahanya dia atau kredit konsumtif nah jadi makroekonomi itu sangat berpengaruh terhadap industri perasuransian,” ujar Widyo. (*)

Editor: Yulian Saputra

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

18 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

19 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

19 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

20 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

20 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

23 hours ago