Ekonomi dan Bisnis

Stok Beras Menipis, Bos Bulog Curhat Soal Sengkarut Data

Jakarta – Stok beras di gudang Perum Bulog masih jauh di bawah target cadangan 1, 2 juta ton hingga akhir 2022. Stok beras makin menipis, dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) plus komersial di Bulog diproyeksi di bawah 400 ribu ton. Bulog berencana mengamankan cadangan beras dengan melakukan impor, meskipun memicu pro kontra.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) pun menyoroti sengkarut data pangan antar institusi pemerintah. Data antara Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementan sangat berbeda. Sementara Bulog menjadi pihak yang kerap disalahkan bila cadangan beras menipis. Perbedaan data juga menyebabkan pihaknya sulit memprediksi hasil panen dari petani untuk diserap untuk kebutuhan stok.

Bulog, kata Buwas, bahkan tidak bisa menentukan jumlah stok cadangan beras pemerintah. Hal itu harus menunggu putusan negara yang diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas).

“Kita tidak bisa menentukan jumlah stok. Kita ini dikendalikan keputusan negara melalui rakortas. Kita ditentukan stoknya sekian. Kita juga nggak dikasih duit untuk beli segitu. Kita pinjam ke bank dengan bunga komersil. Hilirnya juga tidak jelas. Misalnya kita dapat tugas menyimpan 1,5 juta ton CBP dari sisi hilir, namun tidak tahu untuk apa tujuannya,” ujar Buwas ketika berbincang dengan sejumlah pemimpin media massa di Jakarta, Kamis, 24 November 2022.

Bila pemerintah tidak memiliki cadangan beras di kisaran 1 juta ton sampai 1,2 juta ton, akan kesulitan melakukan intervensi jika terjadi gejolak harga di pasar.

“Kan ada 600 ribu ton dalam kurun 6 hari setelah RDP kemarin. Saya hitung nih, kalau masuk 600 ribu ton, sisa kita ada nggak 1 juta ton. Untuk sampai 1 juta ton, kan kalau kurang 150 ribu ton, ya kita datangkan 150 ribu ton,” ucapnya.

Untuk mengamankan stok beras, Buwaas menegaskan akan tetap mengutamakan produksi dalam negeri. Tapi kalau produksinya tidak mencukupi, mau tidak mau harus mendatangkan dari luar negeri. Terpenting dalah pasokan dan cadangan beras harus diamankan. Buwas mengaku melakukan lobi-lobi dengan pemasok beras dari luar negeri. Pasalnya, ancaman krisis pangan ini membuat banyak negara produsen beras memilih mengamankan stok untuk pasar dalam negeri.

“Saya lobi sama teman-teman di luar negeri. Saya minta jatahnya dia. Yang bisa datang Desember ya Desember. Nanti kita lihat Januari, Februari ada produksi tidak di dalam negeri, kita sesuaikan dengan kebutuhan,” imbuhnya. (*) Ari Astriawan.

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

10 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

12 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

14 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

15 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

15 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

18 hours ago