Perbankan dan Keuangan

Standard Chartered-IFC Dorong Permodalan Swasta di Sektor Air dan Limbah RI

Poin Penting

  • Standard Chartered dan IFC berkolaborasi mendorong peran modal swasta dalam pembiayaan infrastruktur air dan limbah melalui obligasi hijau, blended finance, dan mekanisme transisi
  • Kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia 2025–2029 mencapai USD 625 miliar, dengan sebagian besar harus dipenuhi lewat sektor swasta dan skema pembiayaan inovatif
  • Laporan Southeast Asia Green Economy 2025 menyoroti potensi investasi hijau hingga USD 50 miliar per tahun dan penciptaan 900.000 lapangan kerja.

Jakarta – Standard Chartered (Stanchart) dan International Finance Corporation (IFC) mendorong peran permodalan swasta dalam pembiayaan pengelolaan air dan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia dan kawasan ASEAN lewat penerbitan obligasi hijau, blended finance (pembiayaan campuran), dan mekanisme pembiayaan transisi.

Hal tersebut menjadi pembahan dalam diskusi bertajuk  “Financing the Future: Green Investment in Indonesia’s Water & Waste Sectors” di Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025.

Kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia masih sangat besar, di mana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 memperkirakan total kebutuhan pembiayaan mencapai sekitar USD 625 miliar (setara dengan IDR 10.000 triliun).

Dari jumlah tersebut, sekitar 35,6 persen diperkirakan akan dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 24,9 persen melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dengan demikian, masih terdapat kesenjangan pembiayaan yang signifikan yang perlu dipenuhi melalui partisipasi sektor swasta, kemitraan publik-swasta, dan mekanisme pembiayaan inovatif lainnya.

Para panelis juga menekankan pentingnya peningkatan kejelasan kebijakan, standarisasi proses pengadaan, serta penguatan tahap persiapan proyek untuk mendorong partisipasi modal swasta dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan.

Baca juga: Inovasi Duo Mahasiswa ITS, Sulap Limbah Minyak Bumi jadi Energi Listrik

Laporan Southeast Asia Green Economy 2025

Laporan Southeast Asia Green Economy 2025 — yang merupakan hasil kolaborasi antara Bain & Company, GenZero, Standard Chartered, Temasek, dan Google.

Memasuki edisi keenamnya, laporan ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara berpotensi membuka peluang investasi hijau hingga USD50 miliar per tahun hingga tahun 2030, menambah USD 120 miliar terhadap PDB di kawasan tersebut, serta menciptakan hampir 900.000 lapangan kerja baru melalui solusi terpadu di sektor energi, air, limbah, dan transportasi.

Laporan ini menyoroti peluang besar di bidang ketahanan air, pengelolaan limbah, dan pengembangan ekonomi sirkular, Dimana semuanya merupakan area yang penting dalam mencapai target pembangunan infrastruktur berkelanjutan nasional.

Laporan ini juga menekankan perlunya percepatan modernisasi jaringan listrik, perluasan pembiayaan campuran, serta penguatan kolaborasi publik-swasta untuk menutup kesenjangan pembiayaan yang ada.

Donny Donosepoetro OBE, CEO, Standard Chartered Indonesia, mengatakan Indonesia berada di garis depan transisi hijau di kawasan Asia Tenggara. Meningkatkan investasi di sektor pengelolaan air dan limbah tidak hanya penting bagi pembangunan berkelanjutan, tetapi juga bagi ketahanan dan kualitas hidup masyarakat.

“Dengan menggerakkan modal swasta melalui pembiayaan dan kemitraan yang inovatif, kita dapat menghadirkan solusi jangka panjang yang memberikan manfaat bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan,” jelasnya.

Baca juga: Dari Limbah ke Laba: Sampah Kulit Rajungan Disulap Jadi Bernilai Jual Tinggi di Karawang

Dia menambahkan, perjalanan menuju ekonomi rendah karbon dan tangguh membutuhkan skala, inovasi, dan kolaborasi.

“Kami bangga dapat bermitra dengan Pemerintah Indonesia, IFC, serta para klien kami untuk mengembangkan solusi pembiayaan yang menjadikan proyek infrastruktur berkelanjutan lebih layak secara komersial,” ungkapnya.

“Dengan membuka akses terhadap modal swasta, kami dapat membantu memastikan bahwa transisi hijau Indonesia membawa dampak ekonomi dan sosial yang nyata,” tambahnya. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

11 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

17 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

18 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

19 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

20 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago