Sssttt…! Ini Rahasia Bank Jago Bisa Raih Cuan di Tengah Badai Pasar

Sssttt…! Ini Rahasia Bank Jago Bisa Raih Cuan di Tengah Badai Pasar

Jakarta – PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatat kinerja cemerlang di tiga bulan pertama 2025, menunjukkan tren pertumbuhan yang berkelanjutan sejak bertransformasi menjadi bank berbasis teknologi empat tahun silam.

Berkaca pada pencapaian itu, sejumlah analis menilai pionir bank digital berbasis ekosistem ini memiliki fundamental kuat untuk menghadapi risiko yang timbul akibat volatilitas dan ketidakpastian pasar.

Per Maret 2025, Bank Jago membukukan laba bersih sebesar Rp60,27 miliar, tumbuh 178 persen year on year (yoy) dibandingkan pencapaian Maret 2024. Menariknya, keuntungan tersebut hampir separuh dari perolehan laba bersih sepanjang 2024 yang mencapai Rp128 miliar.

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung, saat paparan kinerja pekan lalu, mengungkapkan, perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh ekspansi penyaluran pinjaman dan pembiayaan serta efisiensi operasional, terutama pos pencadangan yang efisien berkat mitigasi risiko yang cermat.

“Dengan situasi perekonomian global yang mengalami ketidakpastian, kami berusaha menjaga kinerja bank tetap positif dan tumbuh secara sehat dengan tetap mengamati potensi risiko dari gejolak yang ada,” ungkap Arief.

Jumlah outstanding atau baki debit pinjaman dan pembiayaan Bank Jago per Maret 2025 mencapai Rp20,25 triliun, tumbuh 42 persen yoy. Pertumbuhan tersebut dipacu melalui mesin penyaluran pinjaman yang beragam, mulai dari skema kemitraan dengan mitra perusahaan pembiayaan dan P2P Lending, hingga segmen Business Banking dan Digital Consumer Lending yang baru diluncurkan tahun lalu.

Analis mengapresiasi pencapaian ini mengingat secara siklus pertumbuhan kredit perbankan di awal tahun cenderung melandai, seiring aktivitas ekonomi yang belum terlalu menggeliat.

“Selain itu, Bank Jago relatif lebih baik dari rata rata pertumbuhan kredit perbankan yang justru mengalami perlambatan,” ujar Victoria Venny, Head of Research MNC Sekuritas, dalam analisisnya.

Mengutip data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit per Maret 2025 mencapai 9,16 persen yoy, turun dibandingkan pertumbuhan tahunan pada Februari 2025 sebesar 10,3 persen yoy.

Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Salurkan KUR Rp12,8 T per Maret 2025, Sektor Ini Raup Porsi Terbesar

Cermat Menjaga Rasio NPL

Meski penyaluran kredit terbilang ekspansif, Bank Jago mampu menjaga kualitas kredit dengan cermat, tercermin dari rasio kredit bermasalah yang amat rendah. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tercatat 0,3 persen (gross), jauh lebih rendah dibandingkan NPL industri perbankan yang mencapai 2,2 persen (per Februari 2025).

NPL yang terlalu rendah ini bahkan sempat menjadi pertanyaan sejumlah analis pada forum analyst meeting.

“Kami justru berharap Bank Jago bisa lebih fleksibel dalam menjaga rasio NPL sehingga pertumbuhan kredit bisa dioptimalkan lagi. Sebagai bank digital yang bermain di segmen ritel, dengan NPL serendah ini, Bank Jago harusnya punya amunisi lebih dari cukup untuk menggenjot kredit,” kata Venny.

Arief menjelaskan, mitigasi risiko yang cermat menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kualitas kredit. Dengan kualitas kredit yang terjaga, Bank Jago mampu menurunkan beban penurunan kualitas kredit atau impairment menjadi Rp224 miliar dari posisi Desember 2024 sebanyak Rp304 miliar.

Dengan pertumbuhan kredit 42 persen, Bank Jago membukukan pendapatan bunga sebanyak Rp754 miliar, meningkat 80,73 persen yoy. Di sisi lain, beban bunga tercatat meningkat 102 persen menjadi Rp195 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersih yang diraih Bank Jago tercatat Rp591,47 miliar, melonjak 71 persen yoy.

“Kenaikan beban bunga menjadi tantangan utama industri perbankan saat ini, sebagai cermin ketatnya perebutan likuiditas di era suku bunga tinggi. Di sisi lain, bank terus memupuk dana pihak ketiga untuk menopang target kredit,” kata Venny.

Arief menjelaskan kenaikan beban bunga merupakan imbas dari kondisi pasar yang cukup volatil dalam setahun terakhir sehingga bank menyesuaikan tingkat bunga dan imbal hasil untuk dana yang dihimpun dari nasabah.

Kendati demikian, struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago tergolong sehat karena porsi dana murah dalam bentuk giro dan tabungan mencapai 54 persen dari total DPK sebanyak Rp21,44 triliun.

Efisiensi juga tercermin dari Cost to Income Ratio (CIR) yang turun signifikan. Per Maret 2025, rasio CIR Bank Jago tercatat 56 persen, turun dibandingkan posisi Maret 2024 sebesar 80,10 persen.

Melewati Fase Krisis

Venny menilai Bank Jago telah melewati fase kritis dalam periode investasi baru di mana fundamental yang dimiliki saat ini telah mencapai skala keekonomian. Sejak 2021, Bank Jago secara konsisten mencetak pertumbuhan laba bersih, didorong kinerja operasional yang berkelanjutan.

“Bisa dikatakan Bank Jago saat ini bisa menuai apa yang telah ditanam empat tahun lalu dan dengan fundamental yang kuat, Bank Jago memiliki peluang untuk terus bertumbuh di tengah situasi pasar yang tidak menentu,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menerangkan, ekspansi Bank Jago ke segmen Business Banking dan Digital Consumer Lending akan membuat bank berkode ARTO itu memiliki penawaran paling lengkap kepada masyarakat, dibandingkan peers bank digital atau bank berbasis teknologi lainnya.

“Di antara bank digital yang ada saat ini, hanya Bank Jago yang bisa melayani segmen konvensional dan syariah sekaligus,” ungkapnya.

Merujuk Laporan Keuangan Bank Jago posisi Maret 2025, portofolio pinjaman dan pembiayaan memang tergolong beragam di mana tidak terdapat konsentrasi di satu segmen tertentu.

Misalnya, komposisi pinjaman dan pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan cukup seimbang di mana porsi untuk modal kerja mencapai 51,7 persen ; untuk investasi 4,6 persen ; dan untuk konsumsi 43,5 persen. Adapun berdasarkan tenor, pinjaman dan pembiayaan Bank Jago didominasi tenor di atas 12 bulan sebesar 60,5 persen.

Venny menilai, diversifikasi portofolio merupakan faktor penting dalam bisnis bank di mana terdapat risiko kredit yang dihadapi oleh bank. Ketergantungan terhadap mitra, terutama yang masih memiliki afiliasi dengan bank akan membuat bisnis bank sukar bertumbuh secara berkelanjutan.

“Model bisnis Bank Jago yang proven membuat tesis digital bank yang berkembang empat tahun lalu menjadi terbukti saat ini, bukan omon-omon belaka,” tukasnya.

Baca juga: CIMB Niaga Resmi Pisahkan Unit Usaha Syariahnya, Dirikan Bank Syariah Baru

Rekomendasi Analis

Di luar Big Banks, saham Bank Jago menjadi paling menarik perhatian karena model bisnisnya yang berbeda dengan bank-bank konvensional. Penurunan harga saham Bank Jago dalam tahun berjalan membuat valuasinya menjadi menarik bagi investor.

Sejauh ini, ada 18 analis yang memberikan rating atas saham Bank Jago. Sebanyak 15 merekomendasikan buy dan 3 hold. Tidak ada yang merekomendasikan jual. Target price rata-rata untuk saham Bank Jago sebesar Rp2.568/saham mengacu pada konsensus Bloomberg.

Dengan kinerja yang solid di kuartal I 2025, ditopang oleh pertumbuhan laba, ekspansi kredit yang sehat, dan fundamental yang kuat, Bank Jago menunjukkan bahwa strategi transformasinya sebagai bank berbasis teknologi telah membuahkan hasil positif dan menempatkannya pada posisi yang baik untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan. (*) DW

Related Posts

Top News

News Update