Moneter dan Fiskal

Sri Mulyani Waspadai Gejolak Harga Komoditas yang Masih Berlanjut

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai adanya gejolak harga komoditas, utamanya dikarenakan disrupsi suplai, kenaikan permintaan akibat pemulihan ekonomi, serta geopolitik dan ketidakpastian yang masih akan berlanjut.

“Harga-harga komoditas sepanjang tahun 2022 yang mengalami gejolak luar biasa. Seperti gas alam yang meningkat secara ekstrim kemudian turun lagi pada akhir Desember,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, Selasa, 3 Januari 2022.

Kemudian, harga komoditas yang meningkat secara signifikan juga terjadi pada batubara yang masih diatas USD400 per ton yang beum menurun sampai akhir Desember 2022.

Selain itu, harga minyak juga mengalami gejolak. Pada pertengahan tahun 2022 harga minyak melonjak tinggi mencapai USD126 per barel untuk Brent, namun mengalami penurunan seiring adanya isu pelemahan ekonomi.

“Pada akhir desember harga minyak menurun berada pada posisi USD83 per barel sedikit meningkat. Karena komoditas minyak ada dalam inti pergerakan geopolitik, dimana terjadinya sanksi yang kemudian munculnya Langkah untuk meng-cap harga di counter dengan pernyataan Presiden Putin untuk tidak akan menjual minyaknya kepada mereka yang akan mengikuti price cap,” ungkap Menkeu.

Menkeu melanjutkan, harga minyak ini harus perlu diwaspadai karena minyak merupakan salah satu komoditas yang berada dipusaran geopolitik dan akan terus bergejolak.

Ditambah dengan komoditas CPO yang juga melonjak tajam seperti CPO dan sunflower. Pada saat terjadi perang di ukraina menyebabkan harga melonjak tinggi karena suplai dari Ukraina tidak ada. 

“Kemudian sesudah terjadi normalisasi kita lihat penurunan yang sangat drastis, dari USD1.779 per ton kemudian drop ke angka USD720 per ton. Saat ini CPO sudah mulai merambat naik lagi pada level USD907 per ton,” jelasnya.

Demikian juga dengan gandum yang merupakan salah satu produksi terbesar di Rusia dan Ukraina yang terpengaruh oleh geopolitik yang berada pada level USD1.50/bu. per akhir Desember, kemudian harga jagung juga terpengaruh yang berada pada level USD676 per Bushels. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

9 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

10 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

12 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

13 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

13 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

16 hours ago