Moneter dan Fiskal

Soal Negosiasi Tarif Trump, Ekonom Sarankan Indonesia Tiru Strategi China

Jakarta – Meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang ditandai oleh kesepakatan untuk menurunkan tarif resiprokal selama 90 hari ke depan menjadi salah satu tanda positif akan terjadinya deeskalasi perang dagang.

AS dan China, yang sebelumnya saling hantam tarif hingga 145 persen dan 125 persen, kini menyepakati penurunan tarif secara signifikan ke masing-masing angka 30 persen (impor AS dari China) dan 10 persen (impor China dari AS).

Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede memandang sinyal positif yang diberikan kedua negara raksasa ekonomi itu sebagai sebuah bentuk strategi negosiasi yang cakap.

Baca juga: Xi Jinping Sindir Trump: Tak Ada Pemenang dalam Perang Tarif

“Saya pikir memang pemerintah harus melihat bagaimana strategi negosiasi pemerintah China. Bayangkan dari 100 persen lebih menjadi 30 persen itu juga berarti kan dalam negosiasi itu kedua belah pihak menawarkan proposalnya sudah oke banget gitu,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (14/5).

Josua katakan, tidak menutup kemungkinan, tarif dagang antara Indonesia dan AS juga bakal menurun pasca adanya kesepakatan tarif antara AS dan China tersebut. Akan tetapi, itu semua bergantung sepenuhnya pada strategi seperti apa yang diterapkan Indonesia dalam negosiasi dagangnya dengan negeri Paman Sam.

“Artinya, China juga pasti menawarkan sesuatu yang mungkin tidak bisa ditolak oleh pemerintah AS, khususnya Presiden Trump,” imbuh Josua.

Baca juga: AS-China “Gencatan Senjata” Tarif, Ekonom Permata Bank Beberkan Dampaknya ke Ekonomi RI

Oleh karenanya, kata Josua, pemerintah Indonesia jangan semata-mata hanya berfokus pada kebijakan tarif. Melainkan juga pada kebijakan non tarif, serta yang berkaitan dengan investasi. Bagaimana upaya agar ada investasi dari Indonesia ke AS, yang menurutnya, adalah bentuk proposal yang agak sulit ditolak oleh Presiden Trump.

“Relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ya itu saya pikir kan juga menjadi unek-uneknya dari AS kan. Jadi, saya pikir supaya bisa lebih mulus lagi negosiasi dagangnya pemerintah harus lihat lagi bagaimana strategi negosiasi China,” pungkas Josua. (*) Steven Widjaja

Galih Pratama

Recent Posts

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

10 mins ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

1 hour ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

2 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

3 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

3 hours ago

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI, Bukti Peran Strategis dalam Stabilitas Ekonomi RI

Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More

4 hours ago