Jakarta – Sinergi strategis antara BUMN dan Perguruan Tinggi dalam rangka penguasaan teknologi proses serta pengembangan sumber daya energi berbasis kelapa sawit atau green fuel semakin kuat dengan kerjasama antara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Katalis Sinergi Indonesia yang merupakan perusahaan patungan bersama antara PT Pertamina (Persero) melalui anak usaha Subholding Commercial & Trading Pertamina, PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui anak usaha, PT Pupuk Kujang; serta ITB melalui perusahaannya, PT Rekacipta Inovasi ITB, yang fokus dalam mendukung paten dan inovasi startup.
Pada sinergi ini, BNI berperan memberikan pembiayaan dan solusi perbankan untuk keperluan pembangunan Pabrik Katalis Merah Putih, yang merupakan produsen katalis pertama dari Indonesia.
Proyek ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2020 dan telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, akan memproduksi katalis-katalis yang sepenuhnya dikembangkan dan dipatenkan secara mandiri di dalam negeri.
Produksi pabrik PT Katalis Sinergi Indonesia akan menghasilkan +/- 800 ton katalis per tahun yang berasal dari 2 (dua) lini produksi. Katalis Merah Putih yang diproduksi pada tahap awal terdiri dari katalis hydrotreating untuk keperluan Pertamina sebesar 64% dan katalis oleochemical untuk keperluan industri oleokimia di Indonesia sebesar 36%.
Realisasi pembiayaan ini dilaksanakan pada 16 Maret 2022, dengan ditandatanganinya Perjanjian Kredit (PK) oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang diwakili oleh Pemimpin Divisi Bisnis Korporasi 3 BNI Rudy Sihombing dengan Direktur Utama PT Katalis Sinergi Indonesia Achmad Setiawan di Kawasan Industri Kujang Cikampek, disaksikan oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman dan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), Iman Rachman.
Momentum ini akan menjadi perhatian stakeholders terkait baik para pemegang saham, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), hingga kementerian terkait (Kemenko Perekonomian, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN hingga Kementerian Perindustrian).
Rudy Sihombing menyampaikan pemberian fasilitas pembiayaan ini merupakan bukti nyata implementasi brand BNI Go Green yang mengukuhkan BNI sebagai pelopor Green Banking di Indonesia.
Dengan mengintegrasikan program bisnis sejalan dengan Sustainable Development Goals / SDGs no. 7 yaitu energi bersih dan terjangkau dan no. 13 yaitu penanganan perubahan iklim melalui dukungan pembiayaan atas bisnis dengan nilai keberlanjutan kepada lingkungan.
Dukungan pembiayaan atas proyek pembangunan Pabrik Katalis Merah Putih merupakan ekspansi kredit berwawasan lingkungan pertama BNI di tahun 2022, berkontribusi kepada penambahan Green Portfolio perusahaan serta wujud pembuktian BNI sebagai salah satu Bank yang menjadi motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia.
Pembiayaan proyek Katalis Merah Putih merupakan bentuk kontribusi BNI dalam menyediakan one stop banking solution terhadap greenfield project yang dapat memberikan dampak baik secara bisnis maupun lingkungan dengan pemberian fasilitas yang terdiri dari kredit investasi, modal kerja, serta pemberian plafond LC/SKBDN, GB, dan SBLC dengan nilai total maksimum mencapai Rp257,9 M.
Dengan pembangunan pabrik ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor katalis secara signifikan, mempercepat lahirnya inovasi produk dan teknologi baru, membangun daya saing industri dalam negeri sekaligus meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi bangsa Indonesia.
Hadirnya katalis produksi PT Katalis Sinergi Indonesia juga akan meningkatkan penggunaan bahan baku produksi dalam negeri sehingga mampu meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dikarenakan dirancang dan dikembang secara penuh dari dalam negeri dengan dukungan berbagai pihak khususnya ITB untuk pengembangan teknologi katalis yang akan diproduksi.
Katalis yang akan diproduksi oleh PT KSI merupakan katalis yang telah dikembangkan secara bersama baik oleh Pertamina sebagai calon user serta ITB sebagai technology provider. Dikarenakan pengembangan katalis dilakukan secara bersama dengan user sehingga produk katalis PT KSI memiliki comparative advantage dibandingkan produk sejenis di industri.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Maryadi menegaskan, katalis merupakan hal yang sangat penting dalam hampir semua aspek kehidupan kita, dan hampir semua industri pasti akan memerlukan katalis. Selain itu, Indonesia merupakan produsen sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia yang mana melalui Katalis bisa merubah sawit menjadi Bahan Bakar Hijau, Dengan adanya dukungan terhadap pembangunan Pabrik Katalis Merah Putih akan menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mampu menciptakan katalis sendiri tanpa tergantung dari pasokan katalis impor luar negeri.
Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), Iman Rachman menyampaikan sebagai BUMN energi Pertamina akan terus mendorong transisi energi dengan penggunaan energi baru terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di dalam negeri.
“Dengan memproduksi katalis sebagai komponen energi bersih, kita mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap transisi energi yang berkelanjutan, sejalan dengan agenda utama G20 Summit 2022,” kata iman.
Hal tersebut diamini oleh PTH Direktur Utama PT Pertamina Lubricants Werry Prayogi yang menyatakan bahwa program Katalis Merah Putih diharapkan membawa manfaat bagi Pertamina Group. Bagi PT Pertamina Lubricants, program Katalis Merah Putih merupakan bisnis baru sedangkan di sisi lain diharapkan mampu menjaga stabilitas pasokan dan harga katalis bagi kilang milik PT Kilang Pertamina Internasional.
Industri Katalis Strategis
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif berharap pabrik katalis ini ke depannya dapat tumbuh sehat dan menjadi sebuah industri yang strategis di Indonesia.
Terlebih, Indonesia saat ini semakin butuh industri energi baru terbarukan yang strategis sebagai motor untuk menekan emisi karbon.
Di samping itu, energi berbasis fosil Indonesia pula memiliki masa berakhir sehingga perlu dicarikan energi baru terbarukan agar lebih berkelanjutan.
“Apakah bisa menjadi sumber energi kita ke depan. Nah makanya perlu katalis-katalis agar bisa menajdi bahan energi yang digunakan masyarakat. Tentu banyak argumentasi dan diskusi. Tapi semakin panjang proses diskusi maskin banyak kita kehilangan,” katanya. (*)
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More