Jakarta – Persaingan industri perbankan belakangan semakin kompetitif, seiring tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan layanan yang bisa diandalkan di era teknologi saat ini.
Tidak heran, bank-bank kini mulai sibuk berlomba adu kuat dengan membentuk sebuah ekosistem untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabahnya, mulai dari membentuk bank digital, bersinergi dengan fintech hingga mengakuisisi bank lain untuk bisa memenangkan persaingan. Hal tersebut telah banyak dilakukan oleh bank-bank umum baik bank besar ataupun bank kecil.
Namun bagaimana dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD)? Apa yang harus dilakukan BPD untuk bisa bersaing dengan bank-bank konvesional lainnya saat ini dan menjadi juara di daerahnya masing-masing.
Tentu banyak cara yang bisa dilakukan BPD, untuk bisa bersaing dengan bank-bank lain saat ini, salah satunya membentuk sebuah holding.
Bahkan hal tersebut pernah digaungkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) jauh-jauh haru. Ya, Jokowi pernah menghimbau BPD segera membentuk holding agar bisa bersaing.
Karena dengan holding, kata Jokowi kala itu, dapat mendorong BPD bisa lebih efisiensi maupun menambah permodalan.
“Saat ini kita berhadapan dengan kompetisi yang ketat. Untuk itu menurut saya, BPD sebaiknya membangun sinergi holding, tidak bekerja sendiri-sendiri,” ujar Jokowi kala itu dalam dialog publik Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dengan Presiden beberapa tahun lalu.
Tetapi, apakah hal ini bisa diwujudkan? Karena membentuk sebuah holding tidaklah mudah. Karena Ada sebuah “ego” yang mungkin saja bisa jadi kendala terciptanya sebuah holding.
Maklum, BPD sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah (pemda) yang berbeda-beda. Dengan demikian, keputusan terkait masa depan BPD tersebut berada pada pemda masing-masing yang harus dilakukan melalui sejumlah mekanisme, termasuk pembicaraan dengan DPRD. Meskipun hal ini (holding) bukanlah yang mustahil.
Seperti diketahui, BPD saat ini memiliki wadah untuk berkomunikasi dalam Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda). Sehingga bukan tidak mungkin wacana holding ini bisa terwujud lewat komunikasi yang aktif dan terarah.
Asbanda sendiri sempat mengungkapkan, arah pembentukan BPD sebetulnya bisa dilakukan, meskipun butuh waktu.
Holding BPD dipandang Asbanda dapat menjadi salah satu cara guna dapat meningkatkan dan mengefektifkan kinerja BPD lebih baik lagi. Dengan demikian, BPD diyakini bisa lebih mampu untuk beraksi dan berekspansi untuk mendongkrak kinerjanya.
Asal tau saja, BPD berhasil menorehkan kinerja cemerlang sepanjang 2021. Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit BPD, yang melampaui capaian industri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit BPD tumbuh 7,45% yoy menjadi Rp521,14 triliun dan aset naik 5,50% menjadi Rp877,36 triliun pada Oktober 2021. Nilai itu melebihi pertumbuhan industri yakni sebesar 3,24%
Pecapaian ini tentu cukup memuaskan, ditengah kondisi yang menantang, saat pandemi covid 19. Dengan terbentuknya holding, bukan tidak mungkin, pecapaian BPD bisa lebih kencang lagi dan menjadi pesaing bank-bank besar lainnya.
Terlebih, BPD punya peran yang sangat strategis di daerah. Karena BPD dianggap sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat dan memiliki kontribusi dalam membangun daerah.
Untuk menjaga konsistensi hal tersebut BPD butuh beberapa aspek yang harus dikembangkan, mulai dari permodalan, SDM hingga infrastruktur.
Dengan adanya holding, tentu hal tersebut bisa dicapai. Apalagi kedepan perbankan dituntut lebih efisien dan optimal, serta harus semakin kuat dan besar. Sehingga holding menjadi salah satu solusinya.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank bjb) sendiri membuka peluang kolaborasi dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) lain untuk mengembangkan bisnis dan pelayanan.
Sejumlah BPD sebelumnya ramai-ramai mewancanakan sinergi dengan Bank bjb. Bahkan Bank Benkulu sudah lebih dahulu menjalin kerja sama dengan Bank bjb, salah satunya dalam pemanfaatan teknologi perbankan. Kemudian BPD Jateng, BPD Kalteng dan BPD Sumut pun secara terbuka menyatakan tertarik untuk bersinergi.
Langkah Bank bjb membuka kesempatan bekerja sama dengan BPD lain di Indonesia, oleh analis perbankan bahkan, dinilai bisa menjadi cikal bakal terbentuknya Holding BPD atau perusahaan induk dari seluruh BPD di Indonesia.
Terbentuknya Holding BPD di Indonesia bisa saja terwujud seiring dengan berlakunya peraturan Otoritas Jasa Keuangan OJK (POJK) Nomor 12 /POJK.03/2021 tentang Bank Umum dengan kategorisasi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) mendapat respons positif dari pelaku perbankan di Indonesia.
Perubahan pengelompokan yang asalnya menggunakan BUKU, kini berdasarkan modal inti ini menjadi angin segar bagi perbankan untuk berkembang bersama. Seperti halnya bank pembangunan daerah (BPD) yang jumlahnya cukup banyak, namun terbatas oleh kecukupan modal.
Pascaterbitnya POJK tersebut, banyak BPD yang mulai melirik terbangunnya kelompok usaha bersama (KUB).
Bank bjb sebagai BPD terbesar di Indonesia, bisa menjadi motor penggerak terbentuknya Holding BPD di masa akan datang.
Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi mengatakan, POJK 12 ini mempermudah perbankan dalam mengembangkan bisnis. Baik untuk melakukan transformasi dan akselerasi digitalisasi maupun sinergi perbankan yang dapat meningkatkan efisiensi bagi operasional perbankan.
“Bank bjb sangat terbuka untuk kolaborasi, tidak terbatas pada satu bank saja, tidak menutup kemungkinan bank bjb akan bersinergi dengan BPD yang lainnya juga dalam waktu dekat. Tentunya sinergi yang dilakukan haruslah memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah pihak, jadi dalam kerangka pengembangan bisnis bersama sama,” tegas Yuddy.
Sinergi antar-BPD, akan memberikan keuntungan lebih besar. Seperti dari sisi kemampuan pembiayaan akan meningkat. Apalagi bank bjb dengan modal yang jauh lebih besar akan mampu menyerap kebutuhan kredit dengan nilai yang lebih besar. Misalnya untuk pembangunan infrastruktur daerah maupun project strategis dengan skema pembiayaan bersama.
Yuddy sendiri belum bisa berkomentar banyak soal kemungkinan membentuk Holding BPD.
Tetapi dia menegaskan, bank bjb selalu siap bersinergi dan kolaborasi dengan BPD lain di Indonesia dengan semangat meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan pemerintah daerah. kolaborasi bank bjb dengan BPD lain di Indonesia bertujuan untuk kemajuan bersama serta saling menguntungkan.
“Kolaborasi adalah hal paling penting yang harus dilakukan BPD serta melakukan inovasi dan bertransformasi agar bisa bersaing di industri perbankan,” tegasnya.(*)
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More