Jakarta – Menjadi bagian dari ajang lari bergengsi seperti Maybank Marathon bukan hanya soal mencetak waktu tercepat. Tantangan sejati justru terletak pada bagaimana seorang pelari mempersiapkan diri secara menyeluruh. Mulai dari adaptasi lintasan hingga kekuatan mental di garis finish.
Maybank Marathon sendiri dikenal memiliki karakter rute yang tidak biasa, yakni penuh tanjakan dan turunan yang menguji ketahanan tubuh dan konsistensi pace.
Untuk mempersiapkan ribuan pelari menuju hari perlombaan, PT Bank Maybank Indonesia Tbk menggelar Kick Off Road to Maybank Marathon 2025 di Senayan, Jakarta pada Sabtu (25/5).
Widya Permana, Project Director Maybank Marathon, mengatakan, kegiatan ini menjadi penanda dimulainya masa latihan intensif selama minimal 12 minggu.
“Road to Maybank Marathon adalah bentuk komitmen kami dalam mendukung para pelari agar siap secara fisik maupun mental di hari lomba,” ujarnya.
Baca juga: Bakal Diikuti 14.000 Pelari, Road to Maybank Marathon 2025 Digelar di 6 Kota
Lebih lajut dia menjelaskan, kegiatan ini jugaberlangsung di lima kota besar lainnya, yaitu Bandung, Denpasar, Makassar, Semarang, dan Yogyakarta.
Salah satu pelatih yang turut dilibatkan dalam Road to Maybank Marathon adalah Coach Agung Mulyawan dari Gantarvelocity.
Agung menekankan bahwa pelari yang datang dari luar Bali harus benar-benar paham karakteristik lintasan yang akan mereka hadapi. Tanjakan dan turunan tidak bisa dianggap remeh.
Menurutnya, adaptasi terhadap medan menjadi bagian penting dari fase awal latihan, terutama saat memasuki masa persiapan 12 minggu menuju lomba.
Agung menjelaskan bahwa dalam fase awal atau general preparation, pelari harus mulai membangun daya tahan tubuh (endurance) secara bertahap. Volume latihan ditambah sedikit demi sedikit hingga mencapai puncaknya sesuai dengan kategori lomba yang diikuti.
“Untuk pelari 10K, long run maksimal bisa mencapai 12 km. Sedangkan untuk half marathon sekitar 16–18 km, dan marathon penuh bisa menyentuh 30–40 km, khususnya bagi pelari dengan target elite,” jelasnya.
Namun, bukan hanya jarak yang perlu diperhatikan. Dalam latihan, pelari juga harus mengembangkan kekuatan otot, terutama otot-otot yang berperan dalam mendaki dan menuruni rute berbukit.
Agung menyebut bahwa latihan kekuatan atau strength training menjadi bagian tak terpisahkan dari program Road to Maybank Marathon. Otot paha depan, paha belakang, bokong, hingga otot inti (core) harus diperkuat agar pelari bisa menjaga stabilitas dan mencegah cedera, terutama saat menuruni jalan yang menurut Agung justru bisa dua kali lebih membebani tubuh dibandingkan tanjakan.
Kesalahan umum yang sering dilakukan pelari adalah berlari terlalu agresif di turunan. Mereka cenderung meningkatkan kecepatan tanpa kontrol, yang bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di lutut maupun perut. Oleh karena itu, kontrol tetap harus menjadi prioritas, tidak peduli apakah rutenya menanjak atau menurun.
Baca juga: Sukses Gelar BFI RUN 2025, 16 Pelari Dihadiahi Sydney dan Melbourne Marathon
Lebih lanjut, Agung menjelaskan pentingnya memahami fase-fase latihan. Setelah fase general preparation, pelari masuk ke fase specific preparation atau transmutation, yaitu fase di mana kecepatan mulai dilatih dan simulasi perlombaan dilakukan.
Setelah itu masuk ke fase maintenance menjelang kompetisi. Banyak pelari, menurutnya, belum memahami transisi antar fase ini, padahal pemahaman ini krusial agar pelatihan berjalan efektif dan tidak berujung cedera.
Yang tak kalah penting adalah kemampuan pelari untuk mengenali batas diri, terutama saat hari lomba. Agung mengingatkan agar pelari tidak terpancing emosi ketika melihat pelari lain melaju lebih cepat.
Godaan untuk mengikuti pace teman atau lawan justru bisa menjadi bumerang jika dilakukan tanpa perhitungan. Pelari harus tetap konsisten dengan pace yang telah dilatih dan memahami betul kondisi tubuh masing-masing.
“Jangan sampai kita merusak pace yang sudah kita latih sendiri. Kita harus benar-benar mengenal diri kita sendiri. Rasakan apa yang kita rasakan saat ada di perlombaan. Jangan sampai menghadapi maraton kita cepat di depan tapi keok di belakang,” tegas Agung.
Ia juga mengingatkan pentingnya mendengarkan sinyal tubuh. Jika sedang kurang fit, kurang tidur, atau mengalami cedera, sebaiknya pelari tidak memaksakan diri untuk latihan berat. Kebijaksanaan dalam menjalani latihan dan lomba menjadi salah satu kunci keberhasilan.
“Pelari yang bijak adalah pelari yang tahu bagaimana latihan dan menghadapi race day dengan cermat,” tutup Agung. (*) Alfi Salima Puteri
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More
Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More
Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More