Jakarta – Ketidakpastian politik terkait Pemilihan Umum (Pemilu) kerap menimbulkan kekhawatiran sebagian investor di pasar modal. Padahal, berdasarkan data historis, kinerja pasar saham dan obligasi di tahun pemilu lebih dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global dan domestik dibandingkan faktor politik.
Lantas, seperti apa strategi investasi yang baik jelang tahun politik?
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menyarankan para investor mengetahui terlebih dulu kondisi pasar di luar dan dalam negeri serta kelas aset yang berpotensi memberikan kinerja positif.
Kemudian, susun portofolio dan sesuaikan komposisi aset di dalam portofolio dengan tujuan keuangan, jangka waktu, dan profil risiko investor.
Baca juga: Anak Muda Catat Nih! Rhenald Kasali Beberkan Dua Hal Penting Sebelum Berinvestasi
Ia menilai, pasar Asia masih menawarkan iklim investasi yang lebih ideal bagi para investor. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang membaik, angka inflasi yang mulai melandai, dan suku bunga di kawasan ini juga diperkirakan sudah berada di puncaknya.
“Ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di negara belahan dunia barat yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan serta inflasi yang tinggi,” katanya, dikutip Rabu (4/10).
Menurutnya, pemulihan ekonomi China yang tidak terlalu positif membawa potensi keuntungan tersendiri bagi negara-negara lain di kawasan Asia untuk mendapatkan aliran dana investor asing yang mencari peluang di luar China.
Adapun dari pasar domestik, kondisi pasar saham masih stabil berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21 September 2023 untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen.
Keputusan BI ini telah memperhitungkan potensi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi hingga akhir tahun 2023. Faktor lainnya dari domestik adalah perekonomian Indonesia yang dipandang masih tetap bagus.
Hal ini didukung oleh angka inflasi Agustus 2023 yang tetap terjaga di kisaran sasaran 3,0±1 persen dan stabilnya nilai tukar rupiah (yang menjadi salah satu penopang utama sentimen terhadap aset investasi Indonesia, baik untuk portofolio investasi maupun penanaman modal).
Dibandingkan mata uang negara lain yang hampir seluruhnya melemah terhadap dolar AS, pelemahan rupiah masih lebih terjaga.
Ia menjelaskan, kondisi pasar saham sebenarnya tetap positif selama tiga pemilu terakhir. Di mana, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan positif pada tiga pemilu terakhir.
Pada tahun 2009, 2014, dan 2019, IHSG tercatat tumbuh sebesar 87,0 persen, 22,3 persen, dan 1,7 persen secara berurutan, menunjukkan bahwa IHSG naik atau positif di tahun pesta demokrasi.
Secara historis pula, investasi riil tetap berjalan walau mengalami sedikit penurunan pertumbuhan di tahun-tahun Pemilu yang mengindikasikan kecenderungan para pelaku bisnis untuk menunda investasi di tahun politik.
Adapun pasar obligasi, kata dia, menunjukkan potensi pertumbuhan ke arah positif. Optimisme terhadap pasar obligasi pun terjaga dengan baik, didukung oleh imbal hasil riil yang menarik dan fundamental makroekonomi yang kuat.
Selain itu, jeda pada kenaikan suku bunga dan ekspektasi terbatasnya laju penguatan USD dapat mendorong imbal hasil obligasi semakin turun, yang akan berdampak positif terhadap kinerja pasar obligasi.
Di sisi lain, pasar saham juga menawarkan titik masuk dan potensi kenaikan yang menarik. Emiten masih terus memberikan kinerja yang tumbuh sehat.
Secara agregat, laba korporasi di semester pertama tahun 2023 mencapai 50-51 persen dari perkiraan konsensus untuk sepanjang tahun 2023. Selain itu, valuasi saham juga masih relatif murah.
“Dapat disimpulkan bahwa baik pasar obligasi maupun pasar saham memiliki potensi pertumbuhan yang positif di tahun pemilu 2024,” bebernya.
Baca juga: Awas! Pelemahan Investasi di Tahun Politik
Hal ini katanya didukung oleh ekspektasi kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif di 2024 dan valuasi pasar yang menarik.
Selain itu, umumnya investor juga mengantisipasi fenomena window dressing di akhir tahun yang dilanjutkan dengan January effect pada awal tahun berikutnya.
“Sebaiknya para investor untuk tetap berinvestasi secara regular dan melakukan diversifikasi portofolio, disesuaikan dengan tujuan keuangan, jangka waktu dan profil risiko masing-masing,” imbuhnya.
Dengan demikian, diharapkan risiko keseluruhan portofolio terjaga sementara hasil investasi semakin mendekati tujuan yang dicanangkan. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More
Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More
Jakarta - Romy Wijayanto, Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI menerima penghargaan sebagai Most Popular… Read More