Perbankan

Siap-siap! Ketegangan AS-China Meningkat, Bankir Diminta Lakukan Ini

Jakarta – Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Haryanto T. Budiman menyebut bankir-bankir harus menyiapkan langkah-langkah antisipatif, terkait potensi dampak negatif dari potensi meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Ia menjelaskan, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat berpotensi meningkatkan tensi hubungan antara negara Paman Sam dengan China. Apalagi, Trump sudah mengungkapkan rencana menaikan tarif atau bea masuk atas produk-produk China.

“Jadi ini sesuatu yang sangat concerning, karena ini juga bisa meningkatkan inflasi di Amerika Serikat,” ujar Haryanto dalam pidato pembukaannya di acara In Memoriam Talkshow: Lesson Learn and Special Witness From Robby Djohan’s Leadership yang digelar Infobank di Jakarta, Jumat, 29 November 2024.

Baca juga: Top 100 CEO & The Future Leader Forum 2024: How a Great Leader Create More Leaders

China alias Tiongkok sendiri sejauh ini belum merespons ancaman Trump. Kondisi ekonomi mereka belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan karena masalah yang dihadapi lebih bersifat struktural. Sektor properti masih terpuruk, dan populasi Tiongkok juga terus menurun dari tahun ke tahun.

“Tapi bisa jadi Tiongkok melakukan hal sama dengan Amerika Serikat. Bisa juga Tiongkok mendevaluasi nilai tukar Yuan seperti yang pernah mereka lakukan di term pertama kepemimpinan Trump. Ini bisa menyebabkan currency war,” tambah pria yang juga Direktur BCA itu.

Baca juga: Robby Djohan: The Legendary Banker Simbol Dedikasi, Integritas, dan Kepedulian

Kondisi tersebut, menurut Haryanto, bisa berdampak negatif bagi ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bankir profesional, diminta mengambil langkah-langkah antisipatif untuk memitigasi dampaknya. Apalagi, ekonomi nasional juga menghadapi tantangan tersendiri.

Laju ekonomi nasional sedikit melambat pada kuartal III 2024, yang antara lain disebabkan oleh penurunan konsumsi kelas menengah.

“Persaingan antarbank sejak tahun ini semakin ketat. Pertumbuhan kredit yang tinggi di tahun ini ternyata tidak diimbangi pertumbuhan DPK yang sama besar sehingga Loan to deposite (LDR) perbankan khususnya di bank-bank besar terus meningkat. Bahkan beberapa bank sudah melebihi 97 persen,” pungkasnya. (*) Ari Astriawan

Yulian Saputra

Recent Posts

Eks Dirut Garuda Ungkap Kekagumannya pada Mendiang Robby Djohan: Selalu Mengesankan

Jakarta - Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra, menyatakan kekagumannya terhadap… Read More

1 hour ago

Gunarni Soeworo Kenang Robby Djohan sebagai Pemimpin yang Membangun Fondasi Bank Niaga

Jakarta - Gunarni Soeworo, Senior Banker dan Presiden Direktur Bank Niaga periode 1994-1999, mengenang kepemimpinan… Read More

3 hours ago

Kadin Kubu Arsjad Rasjid Minta Kenaikan PPN 12 Persen Ditunda, Ini Alasannya

Jakarta – Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, meminta pemerintah untuk menunda kenaikan tarif… Read More

3 hours ago

BTN Butuh Rp80 Triliun Bangun 800 Ribu Rumah KPR FLPP

Jakarta - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon LP Napitupulu menyebut, setidaknya dibutuhkan… Read More

4 hours ago

Sisi Lain Robby Djohan, Begini Sosok Bankir Legendaris di Mata Sang Istri

Jakarta - Nanan Hadiretna, istri mendiang Robby Djohan, berbagi kenangan tentang suaminya yang dikenal sebagai… Read More

4 hours ago

Skema KPR 30 Tahun Tengah Difinalisasi, Bos BTN: Angsuran Lebih Terjangkau

Jakarta – Pemerintah merencanakan perpanjangan tenor cicilan rumah subsidi menjadi 30 tahun yang kini tengah… Read More

4 hours ago