Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan kapabeanan dan cukai sebesar Rp195,6 triliun, atau terkontraksi -15,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa realisasi penerimaan tersebut baru mencapai 64,5 persen dari target APBN 2023 yang sebesar Rp303,2 triliun.
“Ini terlihat dampak dari pelemahan global dari penerimaan bea dan cukai terutama dari bea keluar dan juga bea masuk,” kata Sri Mulyani dalam konferensi per APBN KITA, dikutip, Jumat 27 Oktober 2023.
Baca juga: Penerimaan Pajak Negara Capai Rp1.387,78 T, Setoran PPh Migas Alami Kontraksi
Dia menjelaskan, penerimaan kepabeanan dan cukai mengalami kontraksi disebabkan penurunan harga komoditas global dan kebijakan pengendalian konsumsi barang kena cukai maupun aktivitas ekonomi domestik yang masih terjaga.
Secara rinci, realisasi penerimaan dari bea masuk sebesar Rp36,9 triliun atau 77,6 persen dari target, atau tumbuh 1,7 persen. Ini cenderung melambat sejalan dengan penurunan kinerja impor pada September terkontraksi -8,3 persen.
“Tarifnya sebetulnya naik 1,4 persen tapi impor komoditas dengan tarif diatas 10 persen ini menunjukan ekonomi kita maish tetap terjaga. Dengan kurs rupiah yang mengalami pelemahan maka penerimaan dalam bentuk rupiah kita menjadi seperti naik itu karena bea masuk dihitung berdasarkan USD,”
Kemudian, bea keluar realisasinya mencapai Rp8,1 triliun atau terkontraksi -78,15 persen disebabkan karena adanya penurunan bea masuk dari produk sawit sebesar -82,1 persen yoy, dipengaruhi harga Crude Palm Oil (CPO) yang lebih rendah meskipun volume ekspor tumbuh.
Selain itu disebabkan karena bea keluar dari tembaga mengalami penurunan -54,3 persen secara tahunan, dipengaruhi turunnya volume ekspor tembaga sebesar -13,5 persen.
Sementara itu, penerimaan dari cukai mencapai Rp150,5 triliun atau 61,3 persen dari target. Namun, mengalami kontraksi -5,4 persen yoy, disebabkan karena produksi hasil tembakau, terutama sigaret kretek mesin (SKM) golongan 1 dan sigaret putih mesin (SPM) golongan 1 menurun.
Adapun untuk penerimaan dari Cukai Hasil Tembakau (CHT), ini mengalami penurunan -5,8 persen, seiring dengan penurunan produksi hingga Juli yang turun -3,6 persen.
Baca juga: Target Penerimaan Bea Cukai Direvisi, Ini Penyebabnya
“Meskipun tarif cukai itu naik 10 persen rata-rata tahun ini, namun karena ada perbedaan dan kemudian penurunan dari kuantitas, effective rate nya menjadi negatif 0,5 persen,” terangnya.
Lalu, realisasi dari Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) penerimaannya menurun -1,2 persen atau mencapai Rp5,5 triliun dengan realisasi 63,95 dari target. Ini disebabkan penurunan produksi sebesar -1,6 persen.
“Untuk etil alkohol yang waktu itu mengalami boom saat pandemi kita hanya mengumpulkan Rp88,1 miliar, terutama karena penurunan produksi sebesar -7,7 persen,” imbuhnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More
Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More
Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More