Categories: KeuanganTeknologi

Setelah Bitcoin, Giliran Dogecoin Jadi Crypto Favorit Para Trader

Jakarta – Cryptocurrency semakin diminati trader crypto di Indonesia dan ikut melambungkan harga-harga crypto. Termasuk diantaranya harga Bitcoin. Hal itu tercermin dari pertumbuhan alamat dompet cryptocurrency. Menurut data on chain Glassnode, selama periode Januari hingga Juni 2021 pertumbuhan alamat dompet Bitcoin adalah yang paling tinggi dengan jumlah mencapai 500 ribu alamat.

Sementara Indodax, salah satu exchange terbesar di Indonesia menemukan,Dogecoin menjadi crypto favorit bagi para trader crypto, hingga pertengahan tahun 2021. Berdasarkan data Indodax, total volume perdagangan Dogecoin pada periode tersebut mencapai Rp33,5 triliun, mengalahkan Bitcoin dan Binance Coin dengan total masing-masing sebesar Rp24 triliun dan Rp19 triliun.

Populeritas Dogecoin ditengarai dicetuskan oleh Elon Musk, salah satu orang terkaya di dunia. Elon Musk seringkali mencuitkan sesuatu yang berhubungan dengan Dogecoin di akun twitternya. Dan setiap kali Ia mencuitkan sebuah informasi mengenai crypto berlogo anjing shiba ini, aset ini pun tidak lama ikut naik.

Hal lain yang membuat Dogecoin ini makin diminati adalah harganya yang masih relatif murah. Hal ini memicu para investor retail memborong aset ini dalam jumlah yang besar. Meningkatnya permintaan Dogecoin ini membuat harganya ikut melonjak.

Steven Suhadi, Co-Founder Coibvestasi mengatakan, zaman sedang mengalami pergeseran generasi ke Milenial dan Gen Z. Generasi ini, tambahnya, lebih paham teknologi dan terbuka pada inovasi baru, serta lebih menghargai transparansi. ” Transparansi itulah yang bisa diperoleh di Bitcoin serta cryptocurrency dan tidak ada di aset lainnya” terangnya.

Jumlah Adress Bitcoin

Populeritas crypto yang terus meningkat di Indonesia tentu semakin menjadi perhatian pemerintah. Kabar terakhir, pemerintah Indonesia kini mulai terbuka pada kemungkinan membuat CBDC atau mata uang digital bank sentral.

Seperti dikutip dari Asosiasi Blokchain Indonesia (ABI), ada 3 pertimbang yang melandasi wacana penerbitan CBDC. Pertama, sebagai alat instrumen pembayaran yang sah di Indonesia. Kedua, kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran. Ketiga, sebagai instrumen pembayaran berbasis teknologi.

Namun demikian, menurut ABI, akan membutuhkan waktu lama untuk mewujudkan CBDC di Indonesia, sebab dibutuhkan riset, sumber data dan infrastruktur yang mumpuni agar mata uang digital bank sentral bisa berjalan optimal. (*)

Apriyani

Recent Posts

Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,1 Persen di 2025, HSBC Beri Saran Ini

Jakarta - HSBC memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,1 persen pada 2025. Chief… Read More

3 hours ago

Pemerintah Terbitkan SUN berdenominasi USD dan Euro buat Biayai APBN, Ini Detailnya

Jakarta - Pemerintah Indonesia kembali menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam dua mata uang asing, yakni… Read More

4 hours ago

Ratusan Aset ID Food Senilai Rp3,32 T Hilang, DPR Desak Investigasi

Jakarta - Komisi VI DPR bakal memanggil seluruh jajaran pimpinan ID Food terkait hilangnya 147… Read More

5 hours ago

Luhut Ancam Pengemplang Pajak, Bakal Dipersulit Urusan Administrasi

Jakarta – Pemerintah akan mempersulit urusan administrasi bagi masyarakat pengemplang pajak, salah satunya, yakni pembuatan paspor. Ketua… Read More

8 hours ago

Begini Respons BEI Soal Bukalapak yang Bakal Setop Jualan Produk Fisik

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait dengan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)… Read More

10 hours ago

Sah! Pramono-Rano Resmi jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Terpilih

Jakarta - Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta resmi menetapkan Pramono Anung dan Rano Karno sebagai… Read More

10 hours ago