BANKIR PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri) yang dinahkodai Royke Tumilaar bisa tersenyum senang di tengah pandemi COVID-19. Sebab, per Mei 2020 Bank Mandiri menjadi bank pencetak laba terbesar di tanah air atau sebesar Rp9,60 triliun.
Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) yang digawangi Sunarso sejak September 2019 hanya membukukan laba Rp8,42 triliun. BRI pun harus rela melepas “mahkota” sebagai bank pencetak laba terbesar di tanah air yang disandangnya selama 15 tahun nonstop.
Pada 2005, BRI pertama kali Bank Mandiri dari peroleha laba, atau ketika kinerja Bank Mandiri sebagai bank terbesar terkoyak oleh non peforming loan (NPL) hingga 25% yang berujung dicopotnya ECW Neloe dari kursi direktur utama dan digantikan oleh Agus Martowardojo. Tepatnya per Maret 2005, BRI yang waktu itu dipimpin Rudjito mencetak laba Rp1,15 triliun, sedangkan Bank Mandiri hanya Rp519,28 miliar.
Kendati tak lagi menjadi bank pencetak laba terbesar, Bank Mandiri di bawah kepemimpinan Agus Marto mempertahankan posisinya sebagai bank terbesar. Namun laju aset BRI tak terbendung, terutama setelah dipimpin oleh Sofyan Basir yang dilanjutkan oleh Asmawi Syam pada 2015 dan Suprajarto pada 2017. Aset BRI menyalip PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada 2007. Aset PT Bank Central Asia Tbk (BCA) disalipnya pada 2008.
Terakhir atau pada 2016, BRI menyalip Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia. Sejak itu, BRI yang mempertahankan predikatnya sebagai bank pencetak laba terbesar sekaligus meraih mahkota sebagai bank paling besar di tanah air. Dan sebagai bank pelat merah, BRI berhasil menjadi perusahaan BUMN dengan kapitalisasi pasar terbesar pada 2018 dan penyumbang deviden terbesar bagi negara pada 2019.
Setelah disalip Bank Mandiri, BRI juga berpotensi dibalap BCA yang mencetak laba sebesar Rp8,37 triliun atau terpaut tipis dengan laba BRI. Salip-menyalip memang biasa terjadi di saat krisis seperti halnya pembalap yang hanya punya kesempatan untuk menyalip rivalnya bukan di jalan lurus. Begitu juga dunia bisnis, seperti perbankan.
Lalu mampukah Sunarso dan timnya memompa laba BRI untuk kembali menjadi yang terbesar, atau setidaknya menahan kuntitan BCA? Atau, BRI mengalah sementara dan akan mengejar di akhir tahun 2020? BRI punya potensi kembali menyalip kembali jika kredit kredit UMKM yang di restrukturisasi kembali lancar. Kita tunggu saja adu balap perolehan laba di tengah banjir restrukturisasi kredit. (*) KM
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More
Jakarta – KB Bank menjalin kemitraan dengan PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) melalui program… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024, kembali… Read More
Jakarta - Per 1 Januari 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan seluruh perusahaan asuransi dan… Read More
Jakarta – Meski dikabarkan mengalami serangan ramsomware, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) memastikan saat ini data… Read More
View Comments
Semoga tidak ada rekayasa akuntansi, menyangkut laba ditahan atau bunga kredit yang akan diterima.