Categories: Info Anda

Sering Pakai Kalkulator BMI SehatQ? Perhatikan Faktanya

Selama ini apa yang Anda lakukan untuk memastikan berat badan Anda ideal atau tidak? Banyak orang menjadikan hasil kalkulator BMI guna melihat seberapa ideal tubuh mereka. Hasil kalkulator BMI merupakan petunjuk hasil indeks massa tubuh yang diperoleh dari pembagian berat badan dalam kilogram dengan pengkuadratan tinggi badan dalam meter.

Banyak orang malas untuk mengukur indeks massa tubuhnya dengan kalkulator BMI secara manual. Pilihan lainnya adalah mengunakan kalkulator BMI instan yang bisa Anda akses lewat platform SehatQ. Anda pun dapat melakukannya dengan mengakses fitur Kalkulator BMI yang ada di aplikasi konsultasi kesehatan online nomor dua di Indonesia ini.

Namun sebelum itu, Anda juga mesti memahami fakta-fakta terkait hasil indeks massa tubuh yang diperoleh lewat kalkulator BMI. Berikut ini fakta-fakta menariknya yang patut Anda tahu.

Empat Golongan Hasil

Mau diukur secara manual ataupun menggunakan kalkulator BMI yang ada di SehatQ, Anda tentu mesti mengklasifikasikanya ke dalam golongan yang proporsional atau tidak. Hasil dari kalkulator BMI sendiri dapat dibagi menjadi empat golongan. Anda dapat dikatakan memiliki berat badan normal jika hasil angka kalkulator BMI berada di kisaran angka 18,5—22,9. Jika hasilnya berada di bawah 18,5, Anda termasuk dalam golongan berat badan kurang.

Sementara ketika hasil kalkulator BMI Anda berada di kisaran angka 23—29,9; Anda terklasifikasi memiliki berat badan berlebih. Lalu jika Anda memiliki hasil kalkulator BMI di atas 30, Anda tergolong obesitas.

Bukan Pengukuran Super Ideal

Jangan langsung khawatir apabila hasil kalkulator BMI yang Anda cek di SehatQ ataupun secara manyal menunjukkan angka yang kurang ideal. Bagaimanapun, hasil BMI bukan satu-satunya yang menandakan Anda berat badan Anda bermasalah atau tidak. Pasalnya, pengukuran dengan kalkulator BMI tidak mampu memperhitungkan distribusi lemak dalam tubuh Anda. Padahal, distribusi lemak tersebut sangat berguna untuk mengukur risiko terkait penyakit kronis. Orang-orang dengan penyakit tertentu maupun binaragawan juga kurang cocok mengukur keidealan berat badan dengan kalkulator BMI.

Pelacakan Risiko untuk Asuransi

Anda mungkin berpikir untuk apa pengukuran indeks massa tubuh diciptakan jika hasilnya dianggap kurang ideal. Sebenarnya, pengukuran lewat kalkulator BMI diciptakan untuk mengakomodasi perusahaan asuransi guna melacak profil risiko calon nasabahnya. Lewat hasil indeks massa tubuh yang didapat dari kalkulator BMI, risiko orang-orang terkait penyakit kronis bisa dianalisis.

BMI Tinggi dan Risiko Penyakit Kronis

Ya, walaupun tidak bisa dipandang satu-satunya pengukur berat badan ideal, penelitian menunjukkan bahwa BMI terkait erat dengan risiko penyakit. Orang-orang yang hasil BMI-nya menunjukkan golongan berat badan berlebih dan obesitas cenderung memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, bahkan kanker.

Ras Asia Cenderung Kurang Ideal

Didapati sebuah fakta menarik bahwa orang-orang dengan ras Asia cenderung memiliki hasil BMI yang lebih tinggi dan tidak ideal dibandingkan ras lainnya. Fakta yang sama berlaku pula bagi orang-orang kulit hitam. Di mana banyak orang dengan ras Asia memiliki hasil kalkulator BMI di atas 23 atau di atas 27,5. Hal ini sangat berhubungan dengan tinggi badan ras-ras tersebut yang cenderung lebih rendah dibandingkan ras Kaukasia.

BMI Anak sebagai Perkiraan Masa Depan

Berat badan anak di masa depan ternyata juga dapat diperkirakan lewat hasil kalkulator BMI. Di mana anak-anak dengan hasil BMI ideal di usia 1 tahun maupun 5 tahun akan berpotensi besar untuk mendapatkan berat badan ideal pula di masa depan. Di sisi lain, jika hasil BMI-nya tergolong tinggi, berat badan anak tersebut di masa depan juga cenderung sulit berada di golongan ideal.

Sekarang sudah lebih paham mengenal hasil kalkulator BMI setelah membaca fakta-fakta di atas, bukan?

Bagaimanapun, jangan ragu mengukur berat badan ideal Anda lewat kalkulator ideal SehatQ sebagai antisipasi kesehatan Anda. (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

15 mins ago

Kemenkraf Proyeksi Tiga Tren Ekonomi Kreatif 2025, Apa Saja?

Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More

25 mins ago

Netflix, Pulsa hingga Tiket Pesawat Bakal Kena PPN 12 Persen, Kecuali Tiket Konser

Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More

1 hour ago

Paus Fransiskus Kembali Kecam Serangan Israel di Gaza

Jakarta -  Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More

1 hour ago

IHSG Dibuka Menguat Hampir 1 Persen, Balik Lagi ke Level 7.000

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More

3 hours ago

Memasuki Pekan Natal, Rupiah Berpotensi Menguat Meski Tertekan Kebijakan Kenaikan PPN

Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More

3 hours ago