Jakarta – Pusat Data Nasional (PDN) beberapa waktu lalu dikabarkan telah diretas oleh malware jenis ransomware LockBit 3.0. Serangan tersebut dimulai dengan mengenkripsi data-data penting yang ada di PDN.
Salah satu imbasnya adalah terdapat layanan umum di masyarakat yang terganggu, seperti layanan e-KTP, layanan pendidikan, hingga layanan keimigrasian. Ini menjadi alarm bagi industri keuangan untuk terus memperkuat sistem keamanan.
Terkait dengan hal tersebut, Infobank Media Group menggelar Talkshow dan Launching Buku ‘Keamanan Siber Bank’ yang ditulis oleh Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabodebek dan Provinsi Banten, Roberto Akyuwen, yang dilanjutkan dengan talkshow bersama Deputi 4 Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN), serta dibuka oleh Chairman Infobank Media Group, Eko B. Supriyanto.
Dalam sambutannya, Eko B. Supriyanto, mengungkapkan bahwa dalam rangka mengantisipasi keamanan siber khususnya di industri perbankan adalah melakukan literasi.
“Tidak hanya literasi keuangan, literasi digital, tapi juga literasi cybercrime dan khususnya ke nasabah-nasabah yang terjadi di Indonesia,” kata Eko.
Baca juga: Ini Hal yang Perlu Ditanggung Bank dalam Melawan Serangan Siber
Menurutnya, kejahatan siber atau cybercrime saat ini perlu disoroti secara serius untuk melindungi data-data nasabah yang tersebar di mana-mana.
“Yang paling penting itu adalah bagaimana kita mengantisipasi dari serangan siber, bagaimana IT-nya, terus yang kedua bagaimana people-nya, terus bagaimana bisnis prosesnya. Itu yang harus dilakukan,” imbuhnya.
Eko menambahkan, ketika suatu lembaga telah mengalami kejahatan siber akan sulit untuk dihentikan, karena serangan siber sendiri saat ini semakin masif.
“Dan kami bilang sudah masuk kepada teroris siber yang membahayakan. Karena bilangannya tidak 1 rupiah, 2 rupiah, atau 1 triliun, 2 triliun, tapi bisa 0 (rupiah). Dihabisi, diambil seluruhnya menjadi saldonya 0,” ujar Eko.
Baca juga: OJK Luncurkan Pedoman Keamanan Siber Ekosistem ITSK
Sehingga, kata Eko, poin penting yang dapat dilakukan ketika terjadi cyber attack pada sebuah bank adalah melakukan protokol komunikasi publik, agar tidak menimbulkan keguncangan di industri perbankan.
“Itu protokol komunikasi itu menjadi sangat penting. Jangan sampai terjadi kegelisahan yang menimbulkan keguncangan pada bank. Jadi menenangkan nasabah, membuat adem nasabah itu menjadi sangat penting,” tambahnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024, kembali… Read More
Jakarta - Di tengah tantangan global yang terus meningkat, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan segera meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) berbasis NFC (Near Field Communication)… Read More
Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) buka suara soal isu kebocoran data nasabah yang disebabkan… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menjalin kolaborasi strategis dengan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp327,3… Read More
Jakarta - PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) atau emiten ritel Mr.DIY, menyatakan bahwa raihan… Read More