Jakarta — Bank Indonesia (BI) menyebut, pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari belakangan lebih disebabkan oleh sentimen risk off yang masih mewarnai pasar keuangan global.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam Bincang-Bincang Media (BBM) mengenai perkembangan stabilitas sistem keuangan di Kompleks Perkantoran BI.
“Sentimen risk off masih mewarnai pasar keuangan global seiring dengan rilis data ekonomi negara maju yang memperkuat kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi,” jelas Onny di Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.
Selain itu, turunnya inflasi serta berlanjutnya pelemahan nilai tukar Argentina Peso dan Turkish Lira juga diperkirakan memengaruhi perekonomian negara berkembang, yang salah satunya adalah Indonesia.
“Sentimen risk off juga memicu pelemahan indeks saham global diikuti penguatan tajam nilai tukar USD (DXY) naik ke level tertinggi sejak Mei 2017,” tegas Onny.
Sebagai informasi, nilai tukar Rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor Bank Indonesia, rupiah per dolar AS (USD) pada hari ini (2/5) di posisi Rp14.245/USD, atau melemah tipis dibanding perdagangan kemarin (1/5) yang di posisi Rp14.215/USD. (*)
Jakarta - Allianz Life Indonesia dan Allianz Utama Indonesia meraih sertifikasi terkait keamanan data pribadi,… Read More
Jakarta – Kegiatan operasional Bank Indonesia ditiadakan pada hari Pemungutan Suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Rabu, 27… Read More
Jakarta - PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Central Counterparty Pasar Uang dan Valuta… Read More
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melalui aplikasi wondr by BNI… Read More
Jakarta - Meski masuk jajaran negara G-20 atau negara dengan ekonomi terbesar, Indonesia rupanya masih… Read More
Jakarta – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) menolak rencana pemerintah menaikkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi… Read More