Jakarta – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 resmi berakhir, usai pasangan 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka keluar menjadi pemenang. Pasangan ini memperoleh 96 juta suara, mengungguli pasangan 01 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dengan 40 juta suara dan pasangan 03 Ganjar Pranowo – Mahfud MD dengan 27 juta suara.
Dengan demikian, pemilu tahun ini hanya berlangsung sebanyak 1 putaran. Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, menjelaskan bahwa pemilu yang hanya berjalan 1 putaran ini membawa efek positif dan negatif bagi ekonomi negara.
“Dengan selesainya pemilu 1 putaran, stimulus berupa belanja kampanye berakhir lebih cepat dibandingkan apabila pemilu dijalankan 2 putaran. Namun, di sisi lain, ketidakpastian politik juga berakhir lebih cepat,” terang Helmi pada acara Pemaparan Kinerja Citi Indonesia Tahun 2023, Selasa, 4 April 2024.
Baca juga: Bos BI Ungkap Investor Sudah Tak Lagi Wait and See Pasca Pemilu 2024, Ini Buktinya
Menurut Helmi, kampanye pemerintahan pasangan 02 juga menekankan keberlanjutan dari pemerintahan sebelumnya. Ini membuat arah kebijakan yang dibawa Prabowo-Gibran menjadi lebih jelas.
Sayangnya, Indonesia kembali mengalami sengketa Pemilu 2024, yang disebut-sebut akibat adanya kecurangan dari pasangan pemenang. Adanya sengketa ini dikhawatirkan akan mengubah sikap investor menjadi ragu-ragu dalam menanamkan modal di Indonesia. Tetapi, Helmi berujar kalau perilaku investor tidak akan dipengaruhi oleh sengketa pemilu.
“Apakah sengketa pemilu akan mempengaruhi (sikap) investor asing? Saya rasa tidak. Karena, sengketa pemilu itu bukan hal yang aneh,” ujar Helmi.
Ia membandingkan sengketa pemilu di Indonesia dengan Pilpres 2020 di Amerika Serikat (AS). Justru, Helmi berujar bahwa adanya sengketa ini menunjukkan demokrasi Tanah Air yang sehat.
“Jadi, saya rasa ini bukanlah sesuatu hal yang luar biasa. Tetapi, justru merupakan fenomena yang normal dalam demokrasi yang sehat,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Helmi mengatakan akan ada beberapa industri yang menjadi penopang perekonomian Indonesia pada 2024 ini. Di antaranya industri manufaktur, energi, dan konstruksi.
Industri manufaktur, khususnya manufaktur logam berat, akan terus berkembang di tahun ini. Helmi berujar, pertumbuhan yang terjadi di industri ini disebabkan karena nilai ekspornya akan terus tumbuh dan meningkat.
“Kalau 2-3 tahun lalu, Indonesia mulai mengekspor nikel dalam bentuk stainless steel dan nikel pig iron, selama 1-2 tahun terakhir nilainya sudah mulai meningkat lagi ke logam-logam yang kandungan nikelnya lebih tinggi, seperti nikel sulfat dan nikel matte,” kata Helmi.
Baca juga: Investor! Simak Nih Ada 4 Sentimen yang Bakal Bayangi IHSG Pekan Ini
Helmi menambahkan, industri energi juga berpotensi mengalami pertumbuhan. Ia memaparkan, sejak adanya perang Ukraina dan Rusia, banyak negara yang berbondong-bondong mencari pemasok energi baru. Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemasok ini.
Industri konstruksi juga akan diprediksi akan tumbuh dengan baik. Salah satu penopangnya adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru.
“Dengan turunnya ketidakpastian politik, maka sektor lain seperti sektor non-properti juga bisa lebih menggeliat. Ini juga seharusnya bisa menopang sektor properti,” tukasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES) resmi menyalurkan gas bumi ke… Read More
Jakarta - PT PLN (Persero) meluncurkan program Gerakan Tertib Arsip (GEMAR) dan aplikasi New E-Arsip… Read More
Jakarta - Demi meningkatkan kinerja keselamatan dan integritas aset, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa dan PT Badak… Read More
Jakarta - Penyelenggara inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK) harus melewati regulatory sandbox milik Otoritas Jasa… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bersedia mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen Presiden… Read More
Jakarta - Saat ini, secara rata-rata masa tunggu untuk melaksanakan ibadah haji di Indonesia bisa… Read More