Jakarta – Sesuai prediksi banyak pihak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka perdagangannya di hari ini (17/10), dengan kembali terendam di zona merah. Usai konsisten melemah di sepanjang sepanjang pekan lalu, indeks mengawali pekan ini juga dengan terkoreksi sebesar 0,24% menuju 6.798,39.
Seluruh sektor saham kompak melenggang di zona merah. Sebanyak 99 saham menguat, 155 saham melemah, dan 233 lainnya stagnan. Nilai transaksi perdagangan mencapai Rp161,16 miliar dari 264,66 juta saham yang diperdagangkan.
Indeks LQ45 merosot 0,28 persen ke 964,07, indeks JII minus 0,38 persen di 598,36, indeks IDX30 susut 0,41 persen di 506,82, dan indeks MNC36 tertekan 0,53 persen ke 347,32.
Saham-saham yang masuk top gainers, diantaranya adalah PT Pan Brothers Tbk (PBRX), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), dan PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ). Sementara jajaran top losers ditempati oleh PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS), PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM), dan PT Cilacap Samudera Fishing Industries Tbk (ASHA).
Sebelumnya, laju indeks di pekan ini memang diyakini bakal sulit untuk diharapkan masuk ke zona hijau, dengan berseraknya sentimen negatif yang tersedia di pasar. Sentimen, terutama datang dari ranah global, di mana inflasi AS pada September lalu melambung hingga mencapai 8,2 persen.
Kondisi tersebut dikhawatirkan pelaku pasar bakal semakin meningkatkan agresifitas The Fed dalam mengatrol suku bunga acuannya. Jika kondisi ini terjadi, Bank Indonesia (BI) dinilai tak punya pilihan lain , selain ikut menaikkan suku bunga acuan (BI Rate), demi menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar tidak semakin terpuruk dari kondisi saat ini di level Rp15.400 per dolar AS.
“Kondisi ini dalam jangka pendek mungkin bisa mengurangi tekanan dari capital outflow terhadap IHSG, namun potensial upside-nya akan cenderung terbatas. Baru nanti ketika rupiah sudah mulai stabil, indeks baru bisa melaju lagi,” ujar Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto.
Dalam enam hari perdagangan sebelumnya, IHSG konsisten berjalan di zona merah, dengan pelemahan kumulatif mencapai 3,02 persen, menuju 6.814,53.
Rata-rata transaksi sepanjang pekan lalu naik tipis, sebesar 2,72 persen menjadi 24,05 miliar saham. Namun, kapitalisasi pasar turun 2,43 persen, menjadi Rp9.009,95 triliun, dalam periode yang sama.
“Sepinya transaksi ini menunjukkan bahwa pelaku pasar tak mau gegabah, dan cenderung wait and see, menunggu sampai kondisi di pasar cenderung membaik,” tutur Pandhu.
Selain kondisi pasar yang cenderung wait and see, laju indeks disebut Pandhu juga diperberat oleh tren capital outflow yang cenderung meningkat, lebih dari Rp1,1 triliun di pasar reguler.
Namun demikian, Pandu menilai masih ada sejumlah saham yang memiliki prospek cerah, sehingga layak untuk dipertimbangkan pada perdagangan kali ini. Salah satunya dari sektor perbankan, yang seiring asumsi kenaikan BI Rate tentu diyakini membuat kinerjanya semakin prospektif.
Baca juga: Bertabur Sentimen Negatif, IHSG Berpotensi Lanjutkan Tren Pelemahan
Selain itu, potensi juga dimiliki oleh sektor komoditas, yang harganya terus melambung, sehingga diyakini dapat mendongkrak kinerja emiten pertambangan ke depan.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Pandhu pun merekomendasikan sejumlah saham, seperti BBRI, BBNI, ITMG, ADRO, PNLF dan PNBN. (*) TAF
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More
Jakarta – KB Bank menjalin kemitraan dengan PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) melalui program… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024, kembali… Read More