Moneter dan Fiskal

Sektor Manufaktur Konsisten Ekspansif, Pemulihan Ekonomi Berlanjut

Jakarta – Di tengah dinamika perekonomian dunia, sektor manufaktur nasional konsisten ekspansif selama tujuh belas bulan berturut-turut. PMI Januari 2023 Indonesia tercatat naik menjadi 51,3 dibandingkan dengan Desember 2022 sebesar 50,9.

“Sektor manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi menunjukkan daya tahan perekonomian Indonesia di tengah gejolak global dan perlambatan manufaktur yang terjadi di berbagai negara,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi, Kamis, 2 Februari 2023.

Tren ekspansif di bulan Januari 2023 juga ditunjukkan beberapa negara lain di kawasan ASEAN yaitu Filipina 53,5 dibandinhgkan Desember 2022 sebesar 53,1dan Thailand 54,5 Desember 2022 sebesar 52,5. Sementara itu, Taiwan 44,3 dibandingkan Desember 2022 sebesar 44,6, Malaysia 46,5 dibandingkan Desember 2022 47,8, Vietnam 47,4 dibandingkan Desember 2022 sebesar 46,4, Korea Selatan 48,5 dibandingkan Desember 2022 sebesar 48,2 dan Amerika Serikat 46,8 dibandingkan Desember 2022 sebesar 46,2, tercatat masih berada di zona kontraktif.

“Output dan permintaan baru di Indonesia mengalami pertumbuhan tercepat dalam tiga bulan terakhir karena permintaan dalam negeri yang tetap kuat,” lanjut Febrio.

Walaupun permintaan dari sisi ekspor masih agak tertahan, peningkatan permintaan domestik mampu mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian barang input. Secara keseluruhan, optimisme pelaku usaha di awal tahun 2023 ini meningkat dibandingkan akhir tahun lalu.Tercermin dari peningkatan stok barang input.

“Selain itu, harga barang input mengalami penurunan walaupun disrupsi pasokan masih terjadi. Meskipun demikian, para produsen tetap mengantisipasi kondisi ketidakpastian ekonomi dunia dan cuaca ekstrim yang dianggap berpotensi menghambat laju distribusi,” ungkapnya.

Sementara itu, inflasi Januari 2023 tercatat sebesar 5,28% yoy, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya pada Desember 2022 sebesar 5,51% yoy. Tren inflasi mulai turun perlahan, terutama dari administered price yang berasal dari harga bahan bakar. Pemerintah terus mengantisipasi pergerakan harga komoditas energi dan ketersediaan pasokan BBM untuk memastikan fungsi stabilisasi APBN, yaitu sebagai shock absorber di tengah kondisi global yang masih bergejolak. 

Jika dilihat per kelompok, inflasi inti turun tipis ke angka 3,27% yoy dari 3,36% pada Desember 2022 yoy. Kinerja inflasi ini di satu sisi berasal dari penurunan inflasi kebutuhan sandang, perumahan dan jasa layanan perumahan, serta rekreasi. Sementara di sisi lain, terjadi peningkatan inflasi pada sektor kesehatan serta perawatan pribadi dan jasa lainnya. Inflasi inti yang masih terjaga di atas 3% menunjukkan daya beli masyarakat yang masih kuat dan optimisme menyambut tahun 2023. 

Kemudian, inflasi pangan bergejolak (volatile food) sedikit meningkat menjadi 5,71% yoy dibandingkan Desember 2022 sebesar 5,61% yoy, didorong oleh harga pangan yang cenderung volatile sebagai dampak faktor musiman dan gangguan cuaca.

“Untuk menjamin ketersediaan pangan dan menjaga stabilitas harga pangan di masyarakat, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui percepatan impor, antisipasi lonjakan harga akibat risiko gangguan cuaca, serta persiapan menghadapi Ramadan dan Idul Fitri yang sudah dilakukan dari sejak awal tahun,” terang Febrio. 

Sementara itu, pada kelompok administered price, inflasi tercatat 12,28% yoy, lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2022 sebesar 13,34%. Hal ini didorong oleh menurunnya tarif angkutan udara dan bensin. Sementara harga rokok dan tarif air PAM mengalami kenaikan yang dipengaruhi oleh kenaikan tarif cukai dan peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat. 

Ke depan, Pemerintah akan terus berupaya menjaga inflasi mengingat pengendalian inflasi merupakan salah satu isu utama yang menjadi perhatian Presiden dan telah disampaikan dalam acara Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) 2023 pada 17 Januari 2023 lalu. Upaya pengendalian inflasi terus ditempuh melalui berbagai kebijakan, antara lain stabilisasi harga pangan, penguatan pasokan dan cadangan domestik, antisipasi gejolak harga akibat risiko gangguan cuaca, serta persiapan menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Sinergi dan bauran kebijakan di tingkat pusat dan daerah terus dilakukan bersama Bank Indonesia untuk menjaga agar sasaran inflasi kembali pada sasaran yang ditetapkan Pemerintah,” tutup Febrio. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

46 mins ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

56 mins ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

3 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

3 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

4 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

5 hours ago