News Update

Segmen Korporasi Jadi Penyebab Kredit Terkontraksi Hingga 4%

Jakarta– Bank Indonesia (BI) menyatakan, kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Maret 2021 kembali mengalami pelemahan. Berdasarkan data Uang Beredar (M2) BI, penyaluran kredit pada Maret 2021 sebesar Rp5.472,9 triliun, atau tumbuh negatif 4,0% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya di -2,3%, (yoy).

“Pelemahan kinerja kredit perbankan disebabkan oleh penurunan kredit kepada debitur korporasi,” kata Kepala Departemen Komunikasi serta Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat 23 April 2021.

Lebih lanjut BI mencatat, kredit yang disalurkan kepada korporasi mengalami penurunan, dari 4,1% (yoy) menjadi -7,0% (yoy) pada Maret 2021. Sementara itu, kredit kepada debitur perorangan tumbuh positif di bulan Maret 2021 sebesar 0,7% (yoy).

Serta berdasarkan jenis pelemahan penggunaan, penyaluran kredit juga dipengaruhi oleh rendahnya penyaluran kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK), sementara kredit konsumsi (KMK) sedikit dibandingkan bulan mengalami perbaikan sebelumnya. Kredit investasi (KI) terkontraksi -5,1% (yoy) pada Maret 2021, turun lebih dalam dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar -1,6% (yoy).

“Perkembangan kredit investasi disebabkan oleh penurunan kredit pada sektor pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR),” kata Erwin.

KI sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan terkontraksi -3,4% (yoy) pada Maret 2021, atau lebih dalam dibandingkan kontraksi bulan lebih sebelumnya -1,3%, (yoy), terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor Perkebunan Kelapa Sawit di Riau dan Sumatera Selatan. Sementara itu, Kl sektor PHR pada Maret 2021 tumbuh sebesar -7,1% (yoy), terkontraksi lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya 6,2%, (yoy), khususnya pada Perdagangan Eceran Makanan, Minuman, dan Tembakau di Bali dan Jawa Timur.

Sedangkan KMK mengalami kontraksi yang lebih dalam, dari -3,4% (yoy) pada Februari 2021 menjadi -5,3% (yoy) pada Maret 2021, terutama di sektor Industri Pengolahan dan sektor PHR. KMK sektor Industri Pengolahan pada Maret 2021 tumbuh negatif -9,3% (yoy), lebih dalam dibandingkan penurunan bulan sebelumnya (-6,9%, yoy).

Perkembangan tersebut terutama terjadi pada modal kerja Industri Logam Dasar Besi dan Baja di wilayah Banten dan Jawa Barat. Sementara itu, KMK sektor PHR tumbuh negatif sebesar-3,7% (yoy), menurun dibandingkan Februari 2021 sebesar -2,7% (yoy), terutama bersumber dari penurunarn realisasi kredit KMK subsektor Perdagangan Minyak Kelapa
Sawit di Sumatera Utara dan Jambi.

Di sisi lain, pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) sedikit membaik dari -1,2% (yoy) pada bulan Februari 2021 menjadi -1,0% (yoy), hal itu disebabkan oleh perbaikan pada penyaluran kredit KPR dan kredit multiguna.

Sejalan dengan trend perlambatan kredit, penyaluran kredit sektor Properti pada Maret 2021 juga tercatat melambat, dari 4,4% (yoy) pada Februari 2021 menjadi 3,9% (yoy), terutama pada kredit konstruksi dan kredit real estate. Kredit real estate juga tercatat mengalami kontraksi, dari 2,3% (yoy) pada
Februari 2021 menjadi -0,1% (yoy) terutama pada gedung perkantoran di DKI Jakarta dan Banten.

Sementara itu, kredit konstruksi melambat, dari 6,3% (yoy) menjadi 5,4% (yoy) pada Maret 2021, terutama pada kredit untuk bangunan jalan tol di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Di sisi lain, kredit KPR/KPA kembali mengalami peningkatan dari 3,8% (yoy) pada
Februari 2021 menjadi 4,2% (yoy) pada bulan laporan terutama didorong oleh peningkatan kredit KPR tipe 22 s.d 70.

Sementara itu, penyaluran kredit kepada UMKM pada Maret 2021 tercatat stabil sebesar -2,7% (yoy), sejalan dengan penurunan kredit skala usaha mikro yang diimbangi dengan peningkatan pada kredit skala usaha kecil dan menengah. Kredit skala mikro tercatat terkontraksi lebih dalam sebesar -27,8% (yoy) pada Maret 2021.

Di sisi lain, kredit usaha kecil dan menengah menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 4,7% (yoy) dan 7,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,3% (yoy) dan 5,2% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, stabilnya perkembangan kredit UMKM seiring dengan perbaikan kredit modal kerja di tengah penurunan kredit investasi.

Suheriadi

Recent Posts

Generali Indonesia Beri Perlindungan Asuransi bagi 6.000 Pelari di PLN Electric Run 2024

Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More

36 mins ago

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

7 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

8 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

21 hours ago

KemenKopUKM Gandeng Surveyor Indonesia Verifikasi Status Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More

22 hours ago

Bijak Manfaatkan Produk Keuangan, Ini Pesan OJK kepada Gen Z

Balikpapan - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica… Read More

22 hours ago