Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabumbing Raka. (Foto: istimewa)
Poin Penting
Jakarta – Tepat setahun Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memimpin pemerintahan Indonesia. Namun, masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang perlu menjadi perhatian guna mencatat pertumbuhan ekonomi 8 persen, sesuai yang pemerintah harapkan.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Raden Pardede, ekonom senior sekaligus Tim Asistensi Kementerian Koordinator Perekonomian (Menko Perekonomian). Menurutnya, “mesin” ekonomi dalam negeri wajib di-upgrade.
Misalnya, ada Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang mencerminkan efisiensi investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Raden berujar, kalau ICOR Indonesia masih perlu diperbaiki.
Baca juga: Bos BI Beberkan 3 Langkah Ketahanan Ekonomi RI dalam Pertemuan IMF
“Jika mesin (ICOR) makin bagus, maka penggunaan bahan bakar itu menjadi lebih efisien. Contohnya, bagaimana (ekonomi) Vietnam itu lebih cepat dari Indonesia. Itu yang kita harus perbaiki,” terang Raden di Forum Diskusi Capaian Satu Tahun Kinerja Kabinet Merah Putih di Bidang Perekonomian dengan tema “Kemajuan Ekonomi Menuju Asta Cita: Sudah Sejauh Apa?”, Senin, 20 Oktober 2025.
Tahun ini, kata Raden, ICOR Indonesia masih di kisaran angka 6 persen, masih jauh dari Vietnam yang berada di angka 4,6 persen. Tandanya, investasi di negara ini memerlukan biaya yang lebih banyak untuk bisa menghasilkan imbal balik.
Raden melanjutkan, pertumbuhan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) Indonesia juga perlu ditingkatkan. Dalam 10 tahun ke belakang, pertumbuhan PNB Indonesia berada di kisaran 3,8 persen, tertinggal dibanding negara penyedia komoditas lain macam Vietnam (6,2 persen) atau India (5,3 persen).
Tak sampai di sana, Raden merasa pemerintah juga perlu untuk menyiapkan fondasi untuk memperkuat kemauan politik agar terus berproses. Memanfaatkan momentum juga menjadi aspek yang perlu terus didorong.
“Momentum itu tidak datang terus-menerus. Jadi, ketika tiba saatnya momentum yang pas, contohnya (perjanjian) EU-CEPA, itu harus kita manfaatkan. Karena, mungkin 2-3 tahun lagi ini nggak ada lagi,” tegas Raden.
Baca juga: Purbaya Pede Ekonomi RI Kuartal IV 2025 Tembus 5,67 Persen
PR berikutnya adalah fokus di sektor manufaktur. Raden melihat, negara-negara lain tidak hanya mengandalkan sumber daya alam (SDA) setempat, namun juga menambah nilai dari SDA tersebut.
“Seperti yang saya katakan, kita harus upgrade mesin ekonomi kita, yang saat ini tergantung kepada sumber daya alam saja. Sumber daya alam adalah bonus. Tapi jangan tergantung di situ,” ucapnya.
Beberapa aspek penting lain meliputi peningkatan efektivitas, kualitas manusia, produktivitas, dan teknologi. Hal ini, kata Raden, mampu menambah kemampuan daya saing Indonesia di ranah global. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More
Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More