Jakarta – Kejahatan siber berupa malware stealth atau malware siluman merupakan mahluk buas yang dilengkapi teknologi mutakhir yang mampu menyamarkan dirinya untuk menghindar dari pendeteksian, bersembunyi dalam sistem dalam waktu lama sambil terus memanfaatkan celah kerentanan yang muncul untuk mencuri segala macam hal berharga yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat menjebol security sistem perbankan.
Dalam riset yang dilakukan oleh Ponemon Institute pada Maret 2019, diketahui bahwa 90% lingkungan infrastruktur rusak oleh setidaknya satu serangan siber, sementara 62% merasakan serangan berulang pada perusahaan mereka. Lebih jauh, 80% responden manyatakan penyebab utamanya adalah kurangnya visibilitas terhadap serangan di jaringan.
Untuk bisa melihat semua serangan siluman yang datang, teknologi jaringan seperti Network Traffic Analysis (NTA) atau analisis lalu lintas jaringan harus berada di garda terdepan dalam infrastruktur keamanan perusahaan.
Menurut Chief Technology Officer (CTO) GREYCORTEX, Vladimir Sedlacek, Semua perilaku berbahaya dan berisiko yang dibawa oleh malware siluman meninggalkan petunjuk pada jaringan selihai dan secanggih apa pun mereka, dengan menggunakan kombinasi kecerdasan buatan (AI), machine learning dan analis data canggih, NTA menganalisis setiap anomali perilaku yang tidak diketahui, mendeteksi ancaman terhadap jaringan secara menyeluruh.
“Kemampuan ini dimiliki oleh GREYCORTEX yang biasa dikenal sebagai All Seeing Eye,” kata Vladimir, dalam paparannya, di Jakarta, Rabu kemarin, 31 Juli 2019.
Lebih lanjut ia menambahkan, serangan di jaringan internal LAN/WAN merupakan sumber masalah utama semua organisasi dan perusahaan di dunia, selain kompleks, malware dengan teknik penghindaran canggih sering membuat perusahaan kehabisan akal. Dan seringkali tidak setiap perangkat yang terkoneksi sudah memiliki perlindungan endpoint yang baik.
Satu perangkat BYOD yang bermasalah, dapat mengakibatkan permasalahan pelik, seperti halnya ransomware. Inilah sebabnya mengapa perusahaan perlu teknologi yang dapat melihat datangnya ancaman. IT Security Consultant PT Prosperita – ESET Indonesia, Yudhi Kukuh mengungkapkan, perbankan milik pemerintah maupun swasta di tanah air, sudah melakukan uji coba terhadap Greycortex.
“Kalau di pakai belum, tapi testing sudah banyak. Karena sejak dia secara resmi kami bawa, langsung kami perkenalkan ke nasabah-nasabah kami. Memang mereka tertarik. Bahkan, dari kemarin saya roadshow, mereka welcome untuk lakukan testing karena memang ini solusi yang dibutuhkan. Selama ini mereka belum memantau di jaringan, di network security untuk monitoringnya belum,” ujarnya kepada Infobank.
Tidak menutup kemungkinan berbagai jenis ransomware dapat menyerang perbankan, tergantung tipenya. Namun, ia meyakini bahwa biasanya, perbankan sudah memiliki tanda peringatan terhadap virus yang masuk ke sistemnya. “Kalau ada ransomware gitu mereka pasti punya alert. Walaupun mungkin butuh waktu, pasti ada. Karena perbankan vital, apalagi bank negara, bank besar,” pungkasnya. (*) Ayu Utami
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More