Perbankan

Salurkan Kredit Rp10,9 T, Sektor UMKM Masih jadi Fokus Bank Sampoerna, Segini Porsinya

Jakarta – Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) terus meningkatkan penyaluran kredit UMKM untuk bertumbuh, menyusul kondisi ekonomi dalam negeri yang semakin kondusif. Hingga semester I-2023, Bank Sampoerna menyalurkan kredit sebesar Rp10,9 triliun yang disalurkan kepada lebih dari 400 ribu unit usaha maupun perorangan, termasuk sekitar 230 ribu pelaku UMKM untuk berbagai kebutuhan, di antaranya modal kerja, modal operasional, dan pembiayaan lainnya yang sifatnya produktif. 

Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna, Henky Suryaputra mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kondusif turut memacu pelaku UMKM meningkatkan produktivitas dan penjualan. Kondisi ini mendorong pelaku UMKM meningkatkan permintaan terhadap kredit, dalam rangka menopang pertumbuhan usaha.

Dari total pembiayaan sebesar Rp10,9 triliun yang disalurkan Bank Sampoerna pada akhir Juni 2023, sekitar 63% atau Rp6,9 triliun disalurkan pada pelaku usaha UMKM, baik secara langsung maupun melalui kolaborasi dengan pihak ketiga, seperti perusahaan fintech peer to peer lending dan koperasi. Keseluruhan pembiayaan tersebut juga meningkat signifikan sebesar 25% dari penyaluran kredit pada satu tahun sebelumnya serta secara substansial melampaui penyaluran kredit industri perbankan yang pada periode yang sama meningkat 7,7%.

Baca juga: Bank Sampoerna Optimis Krisis Perbankan Global Tak Pengaruhi RI

“Kami sangat mengapresiasi kerja keras pemerintah yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan perlambatan ekonomi global. Setelah melalui berbagai tantangan dalam mengelola risiko, saatnya pelaku UMKM mendapatkan momentum untuk bertumbuh. Bank Sampoerna selalu membantu pelaku UMKM dalam setiap fase tersebut melalui berbagai fasilitas yang memudahkan pelaku UMKM berkembang,” ujar Henky dikutip 4 Agustus 2023.

Pertumbuhan kredit yang dibukukan Bank Sampoerna tak lepas dari peningkatan dana pihak ketiga (DPK). Secara tahunan per akhir Juni 2023 DPK meningkat sebesar 24,3% menjadi Rp12,5 triliun dari Rp10,1 triliun. Peningkatan ini juga melampaui peningkatan DPK industri secara keseluruhan yang meningkat 6,4%.

Di luar fungsi intermediasi pengelolaan DPK dan penyaluran kredit, Bank Sampoerna juga terus meningkatkan peran dalam memfasilitasi berbagai transaksi keuangan. Melalui layanan Mobile Banking dan Internet Banking, hampir 2 juta transaksi senilai hampir Rp22 triliun difasilitasi sepanjang semester pertama tahun 2023. Jumlah transaksi telah meningkat hampir 40% sementara nilainya meningkat dua kali lipat dibandingkan yang terjadi pada semester pertama 2022.

Lebih jauh, melalui kolaborasi dengan perusahaan fintech payment gateway (gerbang pembayaran), dan P2P (peer-to-peer) lending, sepanjang semester pertama tahun 2023, Bank Sampoerna memfasilitasi tambahan sekitar 5 juta transaksi senilai lebih kurang Rp40 triliun Beberapa perusahaan P2P lending yang bekerja sama dengan Bank Sampoerna, di antaranya Mekar, Julo, Indodana, Kredivo, dan Akulaku, sementara perusahaan fintech payment gateway (gerbang pembayaran) yang telah bekerja sama termasuk Xendit, Instamoney, Safecash, dan Dhasatra.

Menurutnya, kondisi ekonomi masih belum sepenuhnya pulih. Pun demikian hingga akhir Juni, Bank Sampoerna mencatatkan laba bersih sebesar Rp27,1 miliar, sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp26,6 miliar. Laba bersih tersebut tercapai berkat kolaborasi semua pihak, terutama merealisasikan komitmen Bank Sampoerna dalam membantu UMKM untuk bertumbuh.

Baca juga: Waduh, Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, DPK juga Ikut-ikutan Melambat

“Dengan tekanan kondisi finansial global, suku bunga acuan telah meningkat sangat signifikan menjadi 5,75% sepanjang semester pertama tahun 2023 dibandingkan dengan 3,5% di sepanjang semester pertama tahun 2022. Tentunya hal ini menciptakan tekanan pada biaya bunga,” ungkap Ali Rukmijah, CEO Bank Sampoerna. 

Ditegaskan Ali kinerja solid Bank Sampoerna ditopang juga oleh prinsip kehati-hatian, sehingga rasio pinjaman bermasalah secara gross terhadap keseluruhan pinjaman dapat dikelola pada level 3,8%. Jumlah pinjaman yang direstrukturisasi terus menurun, yang hingga akhir Juni 2023 tercatat sebesar 20,9% dibandingkan pada Juni 2022 sebesar 28,8%.

Pengelolaan likuiditas Bank Sampoerna dijalankan lebih efisien dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di tingkat 86,9%. Secara fundamental kondisi keuangan sangat solid dengan rasio CKPN terhadap NPL mencapai lebih dari 102,2% dan CAR sebesar 29,4%, jauh di atas ketentuan CAR minimum yang ditetapkan OJK. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Generali Indonesia Beri Perlindungan Asuransi bagi 6.000 Pelari di PLN Electric Run 2024

Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More

31 mins ago

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

7 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

8 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

21 hours ago

KemenKopUKM Gandeng Surveyor Indonesia Verifikasi Status Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More

22 hours ago

Bijak Manfaatkan Produk Keuangan, Ini Pesan OJK kepada Gen Z

Balikpapan - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica… Read More

22 hours ago