Pasar Modal

Saham Emiten Farmasi Dinilai Menjanjikan di 2024, Pengamat Beberkan Faktor Pendorongnya

Jakarta – Sektor farmasi masih menarik di tahun 2024, termasuk saham-saham emiten di sektor tersebut. Banyaknya perusahaan farmasi di Indonesia yang terus bertumbuh, baik dari sisi produksi obat-obatan maupun alat kesehatan serta jamu, merupakan faktor yang membuat pasar farmasi masih cerah tahun ini.

Pengamat Pasar Modal Haryajid Ramelan mengungkapkan, faktor populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta orang maupun populasi penduduk dunia yang mencapai 8 miliar orang merupakan pasar yang sangat potensial baik saat ini maupun akan datang. 

Menurutnya, pemenuhan kebutuhan obat di dalam negeri saja sudah besar, apalagi negara lain seperti Afrika dan Timur Tengah.

Baca juga: Pasar Obligasi 2024 Diproyeksi Tetap Kuat, MAMI Beberkan Penopangnya

“Perlu terobosan-terobosan untuk melakukan ekspansi ke negara-negara yang memiliki populasi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bukan hanya negara berkembang saja. Sektor ini masih sangat tinggi dan stabil pertumbuhannya, dan kondisi permintaannya juga cukup bagus terutama orang-orang yang memiliki pendapatan yang sudah stabil,” katanya, dikutip Selasa, 22 Januari 2024.

Direktur Utama Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSPPM) tersebut mengatakan, inovasi merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan oleh perusahaan-perusahaan farmasi. 

Ia mencontohkan, penemuan alat kesehatan terbaru dan pengembangan obat-obatan seiring dengan kebutuhan akan berbagai penyakit di dunia saat ini yang sangat tinggi.

“Menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan blockchain akan menumbuhkan sektor farmasi,” imbuhnya.

Menurutnya, pengembangan obat baru, walaupun berbiaya tinggi, bisa memiliki peluang yang sangat besar apabila perusahaan farmasi masuk ke ranah tersebut.

“Perusahaan juga bisa menggandeng kalangan akademisi,” tambahnya.

Dari sisi investasi, sektor ini juga bisa memberikan dividen khususnya untuk portofolio jangka panjang.

“(Emiten) farmasi masih sangat menarik, menjanjikan dan bisa disimpan untuk long term. Secara keseluruhan sektor ini masih dipandang positif, potensinya tinggi sehingga wajar jika banyak investor yang melirik untuk mengkoleksi,” jelasnya.

Secara terpisah, Direktur Utama PT Phapros Tbk, David Sidjabat mengatakan tahun 2024 ini perusahaannya akan terus melakukan kemitraan dengan berbagai lembaga untuk berinovasi menciptakan alkes dan obat-obatan terbaru. 

Baca juga: BEI Bakal Umumkan Emiten Tak Penuhi Minimum Saham Free Float, Ini Konsekuensinya

“Kami sudah menggandeng beberapa universitas dan lembaga penelitian untuk mengembangkan produk yang inovatif.  Di sisi lain, kami juga mengembangkan innovative dosage form secara internal, sehingga nantinya jenis sediaan produk Phapros akan semakin beragam,” tambahnya.

PT Phapros Tbk yang merupakan bagian dari Holding BUMN farmasi juga telah dikenal luas dengan produk Antimo-nya. Sebagai bagian dari emiten syariah, kinerja keuangan Phapros serta pergerakan harga sahamnya dalam jangka panjang cukup menarik bagi para investor.

“Di kuartal pertama ini pun kami akan terus memberikan kinerja terbaik yang nantinya juga bisa dinikmati oleh para investor,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

44 mins ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

1 hour ago

BTN Raih Sertifikat Predikat Platinum Green Building

Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More

1 hour ago

BI Catat DPK Tumbuh 6 Persen per Oktober 2024, Ditopang Korporasi

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More

2 hours ago

Apindo Tolak Kenaikan PPN 12 Persen: Ancam Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More

2 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Ditutup Menghijau ke Level 7.195

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More

2 hours ago