News Update

Saat Pandemi, Investasi Receh Berkelanjutan Bisa Jadi Solusi

Jakarta – Pandemi Covid-19 yang belum kelihatan akhirnya tentu sering membuat penat kepala. Namun, cita-cita membangun masa depan jangan sampai terlupakan, yaitu dengan cara berinvestasi.

Meskipun harus menerapkan protokol kesehatan yang memunculkan jarak dan
membatasi aktivitas, investasi di tengah perkembangan telekomunikasi seperti
sekarang ini tentu jadi lebih mudah karena mempersingkat jarak dan waktu. Kalau
belanja saja bisa melalui online, ada cara investasi yang mudah, bahkan lebih mudah lagi dibanding belanja online.

Ya, namanya investasi mikro berkelanjutan. Bahkan, metode investasi mikro tersebut juga menjawab kebutuhan atas investasi di tengah skala prioritas
kebutuhan sehari-hari yang harus dipilah lebih selektif.

Salah satu platform yang lebih dulu menggunakan metode itu adalah Raiz Invest. Saat ini, platform digital yang mengadopsi kesuksesan induk usahanya di Australia tersebut sudah mulai menerapkan investasi mikro dimulai dari Rp10.000.

Raiz telah berkerja sama dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk dan dua aplikasi dompet digital, yaitu DANA dan LinkAja sebagai gerbang pembayaran bagi para nasabah untuk melakukan transaksi. Raiz Invest juga akan berkerjasama dengan pihak dompet digital lainnya untuk memudahkan para nasabah untuk melakukan investasi.

Raiz memiliki fitur yang disebut Round-Ups yang dapat melakukan pembulatan atas transaksi online yang dilakukan nasabah melalui internet banking yang didaftarkan oleh nasabah. Dari setiap transaksi perbankan yang dilakukan nasabah, akan dilakukannya pembulatan keatas dari nilai transaksi tersebut. Sisihan dana yang nantinya terkumpul menjadi Rp50.000 itu akan dimasukan ke ke dalam investasi oleh nasabah melalui aplikasi Raiz.

Mekanisme pembulatan otomatisasi ini akan membuat nasabah dapat melakukan investasi berjalan dengan sendirinya tanpa
harus rutin melakukan transaksi satu per satu.

Karmela M Kartodirdjo, Partnership and Marketing Manager Raiz Invest Indonesia,
mengatakan bahwa metode bernama Round-Ups tersebut akan membangun suatu kebiasaan yang baru bagi nasabah dalam berinvestasi karena cara investasi ini akan masuk ke dalam kegiatan keseharian nasabah.

Apalagi, lanjut wanita yang akrab dipanggil Lala itu, jumlahnya yang merupakan kumpulan dari “receh” membuat nasabah tidak merasa sedang berinvestasi. Ini menjadi menjadi suatu mindset baru bagi masyarakat dalam berinvestasi yang hingga saat ini banyak beranggapan bahwa investasi haruslah dimulai dengan jumlah yang sangat besar.

“Investor pun akan dimanjakan dengan pilihan yang sederhana. Mereka cukup
tentukan kategori dan tujuan investasi, apakah konservatif, moderat, atau agresif,
sehingga tidak bingung dengan ragam produk yang seringnya justru membuat
limbung,” ujarnya.

Nantinya, nasabah akan langsung ‘dikawinkan’ dengan Reksa Dana Pasar Uang untuk yang konservatif, Reksa Dana pendapatan tetap untuk yang moderat, dan
Reksa Dana indeks saham bagi yang agresif. Ketiga produknya pun sudah dipilihkan dan melalui proses seleksi Raiz Invest.

Bagi kaum muda, metode yang anti-rumit tersebut juga dapat menjadi gerbang
pertama untuk berinvestasi, terutama bagi anak kuliahan, angkatan kerja baru (first
jobber), atau keluarga baru yang sudah berinisiatif untuk menyisihkan gajinya demi berwisata, demi gadget baru, bahkan demi uang pensiunnya kelak.

Lala menambahkan bahwa kaum muda saat ini sudah mulai membuka mata soal
investasi dan memandang investasi sebagai suatu kebutuhan dan alternatif solusi untuk mengolah finansial. Ini tercermin dari profil investor reksa dana Raiz yang 80% adalah dari kalangan milenial lulusan SMA dan S1.

“Versi terbaru aplikasi Raiz Invest yang diluncurkan akan semakin memudahkan
interaksi nasabah dalam berinvestasi. Selain investasi otomatis pada setiap
transaksi perbankan, salah satu fitur pendukung lain Raiz adalah fitur investasi
berkala yang akan mengingatkan nasabah untuk berinvestasi dengan disiplin dan
rutin,” jelasnya.

Lala menuturkan saat ini Raiz Invest sedang menyiapkan peluncuran beberapa
produk investasi keuangan baru lainnya seperti reksa dana syariah, dana pensiun,
dan investasi emas.

Fahmi Arya, Direktur Utama Raiz Invest, mengatakan fitur investasi mikro
berkelanjutan tersebut belum pernah ada di Indonesia. Dia meyakini, meskipun Raiz
Invest belum genap berumur 1 tahun di Tanah Air, tetapi pertumbuhan transaksi dan pertumbuhan nasabahnya akan seiring dengan minat investor muda untuk memulai investasi di pasar keuangan.

Perusahaan, tutur Fahmi, menargetkan 200.000 nasabah tahun 2020. Ini berarti naik 400% dari akhir 2019 yang telah dicapai Raiz yaitu lebih dari 40.000 nasabah dengan inovasinya dan pengembangan fitur investasi dan keuangan. Per akhir Juli 2020, sudah terdapat 100.000 nasabah terdaftar dan lebih dari 23.500 investor akrtif bertransaksi.

“Hingga pertengahan tahun ini, nasabah kami sudah naik dua kali lipat atau 100%
dari posisi akhir 2019. Dengan inovasi dan pengembangan fitur pada applikasi Raiz, kami yakin target 200.000 nasabah di akhir 2020 akan tercapai. Ini dikarenakan kita memiliki cara berinvestasi yang terjangkau dan mudah,” ujarnya. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Fintech Lending Dinilai Mampu Atasi Gap Pembiayaan UMKM

Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More

10 hours ago

Dukung Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri Sinergi dengan Pengembang

Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More

10 hours ago

BEI Optimistis Pasar Modal RI Tetap Tumbuh Positif di 2025

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More

11 hours ago

Jadwal Operasional BCA Selama Libur Nataru, Cek di Sini!

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More

12 hours ago

IHSG Tinggalkan Level 7.000, BEI Beberkan Biang Keroknya

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More

13 hours ago

Ekonomi AS dan China Turun, Indonesia Kena Imbasnya?

Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More

13 hours ago