Market Update

Rupiah Tertekan di Awal Pekan, Pasar Waspadai Arah Kebijakan dan Sentimen Global

Poin Penting

  • Rupiah dibuka melemah 0,16 persen ke level Rp16.772 per dolar AS pada awal pekan.
  • Sentimen dolar AS dan prospek kebijakan pelonggaran pemerintah serta BI membebani pergerakan rupiah.
  • Rupiah berpotensi volatil jelang akhir tahun, dengan kisaran Rp16.700-Rp16.800 per dolar AS.

Jakarta – Nilai tukar rupiah memulai perdagangan awal pekan dengan tekanan, seiring kembalinya aktivitas pasar pascalibur panjang dan masih kuatnya dominasi dolar Amerika Serikat (AS) di pasar global.

Pada Senin, 29 Desember 2025, rupiah dibuka melemah 27 poin atau sekitar 0,16 persen ke level Rp16.772 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya.

Tekanan pada rupiah mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar di tengah ketidakpastian global. Dolar AS masih menjadi aset pilihan, sementara pasar mencermati arah kebijakan domestik ke depan.

Baca juga: Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Antisipasi Pelonggaran Kebijakan The Fed pada 2026

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai, rupiah masih berpeluang melanjutkan pelemahan dalam jangka pendek, terutama dipengaruhi ekspektasi kebijakan pelonggaran.

“Rupiah diperkirakan masih berpotensi melemah terhadap dolar AS, terbebani prospek kebijakan pelonggaran pemerintah dan Bank Indonesia,” ujarnya dikutip dari ANTARA, Senin, 29 Desember 2025.

Menurut Lukman, kondisi pasar menjelang penutupan tahun berpotensi meningkatkan volatilitas pergerakan nilai tukar. Rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.700 hingga Rp16.800 per dolar AS.

Baca juga: Kasus Roti’O Tolak Uang Tunai, BI Jelaskan Aturan Penggunaan Rupiah

Sebelumnya, pada perdagangan terakhir sebelum libur panjang Natal, Rabu (24/12), rupiah ditutup menguat ke level Rp16.745 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova menilai penguatan tersebut dipicu oleh pertumbuhan ekonomi AS yang tercatat lebih tinggi dari proyeksi pelaku pasar.

Selain itu, keterlambatan rilis data ekonomi AS yang seharusnya diumumkan pada Oktober 2025 turut menopang rupiah, karena perhatian investor bergeser ke proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan IV-2025. (*)

Yulian Saputra

Recent Posts

Harga Emas Antam Senin Ini Turun, Cek Daftar Lengkapnya

Poin Penting Harga emas Antam turun Rp9.000 ke Rp2.596.000 per gram. Buyback ikut melemah ke… Read More

3 hours ago

IHSG Awal Pekan Terakhir 2025 Dibuka Menguat 0,35 Persen ke Level 8.568

Poin Penting IHSG dibuka menguat 0,35 persen ke level 8.568 pada perdagangan awal pekan terakhir… Read More

4 hours ago

IHSG Masih Rawan Koreksi, 4 Saham Ini Direkomendasikan

Poin Penting IHSG rawan koreksi dan berpotensi turun ke area 8.464-8.493. Tekanan jual masih dominan,… Read More

4 hours ago

Keuangan Berkelanjutan: Antara Regulasi dan Realita di Indonesia

Oleh Anna Sardiana, Akademisi - Dosen Indonesia Banking School Jakarta DALAM satu dekade terakhir, keuangan… Read More

5 hours ago

Kredit Tumbuh Kuat-DPK Meningkat, Fungsi Intermediasi Bank Mandiri Solid di Akhir Tahun

Poin Penting Kredit Bank Mandiri naik 13,1% menjadi Rp1.452 triliun. DPK tumbuh 15,9% dengan aset… Read More

18 hours ago

Pasar Domestik Lesu, Emiten STRK Agresif Ekspansi ke Pasar Ekspor

Poin Penting STRK agresif ekspansi ke pasar ekspor di tengah lesunya pasar domestik. Capex Rp10… Read More

20 hours ago