Ekonomi dan Bisnis

Rupiah Menguat, Investor Asing Makin Tertarik Berinvestasi ke RI

Jakarta – PT Mandiri Sekuritas mengungkapkan faktor pendorong investor asing semakin tertarik untuk berinvestasi ke Tanah Air. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia, yaitu fundamental pertumbuhan ekonomi dan Rupiah yang semakin menguat dibandingkan dengan negara-negara lain.

Anto menjelaskan, meskipun investasi asing yang masuk masih belum sebanyak pada saat pra pandemi yaitu saat ini sekitar Rp70 triliun, dibandingkan sebelum pandemi yang mencapai sekitar Rp1.000 triliun. Namun, yang menjadi kuncinya adalah outlook dari pertumbuhan ekonomi, di mana hal tersebut juga akan memengaruhi Rupiah untuk semakin menguat dan menarik minat investor.

“Dengan level sekarang misalnya Rp14.900-an, ada potensi lebih menguat lagi atau tidak, itu mungkin yang akan menentukan arah asing masih masuk atau tidak. Kalau kita melihat ke depannya masih ada potensi Rupiah untuk menguat, bahwa The Fed sudah tidak menaikan suku bunga bahkan mungkin nurunin. Jadi potensi asing masuk masih sangat terbuka,” ujar Anto dalam Jumpa Pers “Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023”, Rabu 7 Juni 2023.

Baca juga: OJK Jamin Peningkatan Batas Ambang Utang AS Tak Berdampak Signifikan ke RI

Lebih lanjut, bila dilihat dari vulnerability index Indonesia menduduki ranking satu dibandingkan dengan negara emerging market lainnya. Menurutnya, faktor pendorong yang paling kuat adalah histori dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pulih lebih cepat dibandingkan negara berkembang lainnya pasca pandemi.

“Jadi orang kan mau investasi kalau dia tahu masih ada sumber pertumbuhan, kalau tadi data first quarter GDP aja kita lihat negara-negara maju slowing, di Eropa bahkan Jerman itu udah resesi, sementara kita potensi resesinya kecil sekali. Jadi itu salah satu faktor pendorong kenapa investor asing itu tertarik masuk ke Indonesia,” ungkapnya.

Selain itu, Anto menambahkan, Indonesia seharusnya bisa meningkatkan S&P Rating dari BBB ke level yang lebih tinggi, bila dilihat dari pertumbuhan ekonominya yang saat ini masih diatas 5%. Terlebih, ekspor dan impor di RI juga masih baik.

“Kalau leverage utangnya bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara rasio level GDP kita jadi improve. Ini juga yang akan mendorong penilaian dari ratingnya akan membaik, makanya growth story menjadi salah satu faktor penting yang diperhatikan oleh investor untuk masuk ke pasar modal,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

16 mins ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

59 mins ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

2 hours ago

NII Melonjak 44,49 Persen, Analis Kompak Proyeksikan Kinerja BTN Bakal Moncer

Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More

13 hours ago

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

15 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

16 hours ago