Jakarta – Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS hari ini, didorong oleh meredanya ketegangan terkait kebijakan tarif Presiden Donald Trump serta rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah akan berada di kisaran level Rp16.250 – Rp16.310 per dolar AS.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.250-Rp.16.310 per dolar AS hari ini,” ujar Ibrahim dalam keterangannya.
Baca juga: Rupiah Diproyeksi Menguat Setelah Trump Tunda Kebijakan Tarif
Ibrahim menjelaskan bahwa dari sisi eksternal, kekhawatiran mengenai perang dagang global yang berkepanjangan sedikit mereda semalam, setelah tercapainya kesepakatan menit-menit terakhir antara Presiden Trump dengan Kanada dan Meksiko.
“Baik Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum sepakat untuk meningkatkan upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas permintaan presiden AS untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba, yang mengarah pada penangguhan tarif 25 persen selama 30 hari,” jelasnya.
Sementara itu, pasar Tiongkok bereaksi terhadap ketegangan perdagangan dengan AS. Pasar Tiongkok melanjutkan aktivitas perdagangan setelah liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu, di tengah keputusan Trump yang memberlakukan tarif 10 persen atas impor dari Tiongkok.
“Tiongkok telah mengumumkan tarif balasan atas barang-barang AS, termasuk pungutan 15 persen atas batu bara dan gas alam cair, dan tarif 10 persen atas minyak mentah, peralatan pertanian, dan kendaraan tertentu,” ujar Ibrahim.
Baca juga: Ini Alasan Trump Ancam Kenakan Tarif 25 Persen Barang Impor dari Meksiko dan Kanada
Adapun tarif ini akan mulai berlaku pada 10 Februari 2025. Meskipun ada harapan akan adanya diskusi tingkat tinggi untuk meredakan situasi, Presiden Trump menyatakan bahwa ia tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Sikap ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik perdagangan yang meningkat mungkin tidak akan segera terjadi, sehingga menciptakan ketidakpastian di pasar dan dunia usaha terkait masa depan hubungan ekonomi AS-Tiongkok.
“Meningkatnya ketegangan perdagangan telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi perang dagang skala penuh antara dua ekonomi terbesar di dunia,” imbuhnya.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dari sisi domestik, Indonesia merilis data pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024 yang tumbuh sebesar 5,03 persen (year-on-year). Sementara itu, pada kuartal IV-2024, ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 5,02 persen.
“Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 ini utamanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Angka ini mencerminkan laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan ekspektasi sebelumnya,” tambah Ibrahim.
Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 juga didukung oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,43 persen, serta konsumsi pemerintah sebesar 0,48 persen.
Baca juga: BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Sentuh 3,2 Persen
Baca juga: Daya Beli Loyo, Konsumsi Rumah Tangga di Bawah Pertumbuhan Ekonomi 2024
Seluruh lapangan usaha tercatat tumbuh positif sepanjang tahun 2024. Lapangan usaha yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi meliputi industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan pertambangan. (*)
Editor: Yulian Saputra