Jakarta – Rupiah berpeluang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat ketegangan geopolitik Ukraina dan Rusia yang kembali memanas.
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS (DXY) bergerak menguat ke level tertinggi dalam 13 bulan terakhir, yakni berada di kisaran 107,02 dibandingkan hari sebelumnya 106,58.
Ariston menjelaskan penguatan dolar tersebut disebabkan oleh naiknya ketegangan antara Ukraina dan Rusia yang saling menggunakan misil jarak jauh untuk menyerang, serta ancaman Rusia untuk menggunakan nuklir.
“Ini meningkatkan kekhawatiran pasar dan memicu pasar masuk aset aman termasuk dolar AS. Kita lihat harga emas yang juga aset aman juga menaik,” ujar Ariston kepada Infobanknews, Jumat, 22 November 2024.
Baca juga: Rupiah Diprediksi Menguat di Kisaran Rp15.800 per Dolar AS
Di samping itu, data klaim tunjangan pengangguran AS mingguan yang menunjukkan penurunan klaim juga mendorong penguatan dolar AS.
Selain itu, data tenaga kerja yang bagus memicu Bank Sentral AS untuk tidak memangkas suku bunga acuan lagi.
Ariston memprediksi rupiah akan melemah di kisaran Rp15.980-Rp16.000 per dolar AS.
“Hari ini peluang pelemahan rupiah ke arah Rp15.980-Rp16.000, dengan potensi support di kisaran Rp15.900-Rp15.880,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More