Jakarta – Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap USD akan kembali mengalami tekanan di pertengahan hingga akhir tahun. Alasannya, karena banyak sentimen dari eksternal yang mulai datang atau muncul dipertengahan 2016, seperti kenaikan suku bunga The Fed secara bertahap dan usaha negri Tiongkok yang akan kembali melakukan devaluasi mata uangnya.
“Kedua faktor ini yang sangat dominan, yang bisa membuat rupiah melemah. Selain itu gejolak rupiah seperti tahun lalu, mulai berasa di pertengahan tahun sampai akhir tahun,” kata Edwin, usai ditemui di Gedung MNC Financial Center, Jakarta, Rabu, 10 Febuari 2016.,”
Edwin menggatakan, penguatan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini sendiri lebih dikarenakkan rata-rata indeks USD saat ini sedang melemah. Jika sentimen negatif dari eksternal tersebut benar-benar terjadi, ia memprediksi nilai tukar rupiah terhadap USD bisa mencapai posisi Rp14.200 per USD. Sementara dari sisi internal, disebutkan Edwin, hantaman rupiah masih datang dari kinerja ekspor dan target penerimaan pajak di tahun ini.
“Apabila meleset penerimaan pajak, dan kinerja ekspor kita jauh lebih dalam bila dibanding 2015. Maka rupiah pun dapat tekanan tambahan dari dalam,” pungkasnya.
Sekedar informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah hari ini ditutup menguat 157 poin atau 1,15% ke level Rp13.545 per USD dari penutupan perdagangan kemarin Rp13.611 per dolar AS. (*) Dwitya Putra
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More