Categories: Moneter dan Fiskal

Ruang BI Untuk Turunkan BI Rate Semakin Terbuka

Jakarta–Tingkat inflasi yang terus mengalami penurunan dimana pada Agustus dan September 2015 terjadi deflasi yang masing-masing sebesar 0,39% dan 0,08%, dinilai bisa menjadi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan moneternya melalui penurunan BI Rate.

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Halim Alamsyah di Jakarta, Kamis, 5 November 2015. “Saya kira kita memiliki ruang dari sisi moneter, karena inflasinyakan sudah turun terus,” ujar Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Halim Alamsyah di Jakarta, Kamis, 5 November 2015..

Selain itu, dia menilai, Bank Sentral AS (The Fed) yang memutuskan untuk menunda kenaikan suku bunganya, juga bisa menjadi alasan BI untuk menurunkan suku bunga acuannya, karena normalisasi kebijakan moneter The Fed sampai saat ini belum menunjukkan kepastiannya.

“Sepanjang kondisi global yang tidak memberikan dampak yang berat terhadap kurs rupiah, saya kira ruang itu juga semakin terbuka,” tukas Halim.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution juga pernah mengatakan, tingkat inflasi yang diperkirakan rendah pada akhir tahun ini, dapat menjadi peluang untuk penurunan suku bunga acuan BI.
“Sebenarnya dilihat dari itu, mestinya ada ruang untuk tingkat bunganya turun,” ucapnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, ruang untuk penurunan BI Rate bisa terlihat dari inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 yang baru mencapai 2,16% dan inflasi secara tahun ke tahun (year on year) 6,25%. Namun, sejauh ini BI sebagai otoritas moneter mempunyai pertimbangan tersendiri.

Idealnya, kata Darmin, selisih antara BI Rate dengan tingkat inflasi adalah 100 basis poin (satu persen) bukan sebanyak 400 basis poin (empat persen) seperti saat ini. Menurutnya, dengan inflasi sekarang, makin lama real interest ratenya maka akan semakin besar.

“Nanti akhir tahun, inflasi di bawah 4%. Padahal BI Ratenya 7,5%, ada selisih empat persentase poin. Biasanya bedanya satu (persentase poin),” ujar dia.

Darmin menambahkan BI Rate yang terlalu tinggi dalam situasi saat ini telah membuat masyarakat enggan untuk mengajukan pinjaman ke perbankan dan menahan konsumsinya, sehingga kondisi tersebut tentunya dapat memperlambat kinerja perekonomian. (*) Rezkiana Nisaputra

Paulus Yoga

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

9 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

11 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

11 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

13 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

18 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

20 hours ago