Moneter dan Fiskal

Risiko Inflasi Mereda, DBS Prediksi Suku Bunga BI Bertahan

Jakarta – DBS Group Research memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan tetap dipertahankan pada level 5,75% di Maret 2023, seiring dengan meredanya risiko inflasi dan kekhawatiran akan volatilitas mata uang. Selain itu, suku bunga acuan dinilai sudah memadai untuk menjaga ekpektasi inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK) sesuai target.

DBS menilai kenaikan 225 bps secara kumulatif sejak paruh kedua tahun 2022 telah mendorong suku bunga acuan riil kembali ke wilayah positif setelah sepuluh bulan. 

Kemudian, BI memperkirakan mata uang rupiah akan menguat karena fundamental yang lebih baik, termasuk pertumbuhan yang kuat, inflasi yang rendah, dan imbal hasil riil yang menarik.

Sementara, respon terhadap perubahan kebijakan The Fed diperkirakan akan mengalami penyesuaian melalui Operation Twist, yaitu merefleksikan premi suku bunga AS-Indonesia pada ujung pendek kurva, sambil menjaga kestabilan jangka panjang untuk mencegah peningkatan tajam pada biaya pembiayaan. 

Asumsi dasar BI telah memperhitungkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed. Upaya intervensi kemungkinan besar akan menjadi garis pertahanan pertama terhadap tekanan yang dihasilkan terhadap rupiah, sebelum meninjau kembali perlunya kenaikan suku bunga tambahan. 

Selain itu, iklim positif ini juga diprediksi akibat pengaruh pengusulan kembali Gubernur BI Perry Warjiyo untuk masa jabatan kedua. Hal ini disinyalir dapat memberikan stabilitas berkat kontinuitas kebijakan sebelumnya serta kemampuan Perry Warjiyo dalam pasar domestik dan internasional.

Disamping itu, kebijakan baru instrumen operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) BI untuk menarik pendapatan valas eksportir ke pasar domestik yang diimplementasikan Maret 2023, dimana bank domestik akan diminta untuk memobilisasi arus tersebut dari eksportir, dan pada gilirannya parkir dengan BI yang akan diinvestasikan di pasar luar negeri, sebagai bagian dari cadangan.

Gubernur BI, meyakinkan bahwa suku bunga kompetitif akan diberikan untuk instrumen deposito berjangka ini untuk mendorong arus masuk, dan kemungkinan akan berada dalam tenor 1, 3, 6 bulan, dengan kemungkinan bahwa deposito bernilai besar dapat menarik pengembalian yang lebih tinggi dan akan bergantung pada mekanisme pasar

DBS menambahkan, sebelumnya ada indikasi bahwa pelaku sektor manufaktur akan diminta untuk bergabung dengan industri sumber daya seperti pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan lain sebagainya, untuk mengarahkan pendapatan valas mereka ke dalam negeri.

Market chatter juga menyatakan bahwa eksportir mungkin diminta untuk mempertahankan setidaknya 30% dari hasil di darat selama tiga bulan di pasar dalam negeri. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

OJK Sebut Rencana BTN Akuisisi Bank Syariah Masih Evaluasi Internal

Jakarta – Rencana aksi korporasi BTN untuk mengakuisisi bank syariah lain masih belum menemukan titik terang. Otoritas… Read More

2 hours ago

DPLK AXA Mandiri Jalin Kerja Sama Strategis

Suasana saat penandatanganan strategis antara Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT AXA Mandiri Financial Services (DPLK… Read More

2 hours ago

Ini Dia Perusahaan Jumbo yang Bakal IPO di Akhir 2024

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kedatangan satu perusahaan dengan kategori lighthouse yang… Read More

3 hours ago

BRI Sebut KUR Tak Masuk Kriteria PP Hapus Tagih Utang UMKM, Begini Penjelasannya

Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyatakan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang… Read More

3 hours ago

Dua Produk Ini Topang Kinerja Zurich Topas Life di September 2024

Jakarta - Zurich Topas Life berhasil mencatat kinerja yang solid hingga September 2024, dengan kontribusi… Read More

3 hours ago

Jangan Terkecoh! Ini 5 Perbedaan Utama Judi Online vs Investasi Menurut BNI Sekuritas

Jakarta - Fenomena judi online (judol) di Indonesia kian marak, ditandai dengan lonjakan transaksi hingga… Read More

4 hours ago