Jakarta – Pasar finansial telah bereaksi secara tenang ketika Rishi Sunak terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris, menggantikan Liz Truss.
Mata uang poundsterling terpantau tak berubah terhadap dolar pada Senin sore (24/10), dan biaya pinjaman pemerintah juga terpantau lebih rendah setelah pemimpin Commons, Penny Mordaunt, keluar dari ajang pemilihan perdana menteri.
Pada pagi Senin lalu, GBP/USD telah meningkat mendekati $1,14 sebelum turun kembali. Mantan Perdana Menteri Boris Johnson juga mengundurkan diri dari kontes pemilihan pada Minggu lalu.
Bulan lalu, sterling sempat terjun ke titik rendah terhadap dolar AS, dan biaya-biaya pinjaman pemerintah meningkat tajam di masa akhir tugas Perdana Menteri Liz Truss yang minim budget.
Para investor ketakutan setelah kanselor saat itu, Kwasi Kwarteng menjanjikan pemangkasan pajak dalam jumlah besar tanpa menjelaskan bagaimana mereka akan dibayarkan, sesuatu yang Rishi Sunak peringatkan sepanjang kontes pemilihan perdana menteri di musim panas ini.
Minggu lalu, kanselor baru, Jeremy Hunt, menarik hampir semua pemangkasan pajak Truss dalam negosiasi untuk menstabilisasi pasar keuangan, namun mereka tetap terus khawatir.
Pada Jumat minggu lalu, pound turun rendah ke level $1,11 dan biaya-biaya pinjaman pemerintah naik di tengah ketidakpastian politik dan sejumlah peringatan baru terhadap perekonomian Inggris.
Pada Senin lalu, biaya pinjaman pemerintah turun, dengan suku bunga atau hasil di obligasi turun ke 3,8% karena dibayarkan ulang dalam 30 tahun. Tingkat hasil tersebut sempat menyentuh 5,17% pada 28 September setelah mini budget dan janji berikutnya dari Kwarteng untuk melakukan pemangkasan pajak lebih besar, mendorong intervensi Bank of England.
Mr. Hunt yang mendukung Rishi Sunak dijadwalkan akan mengemukakan rencana ekonomi pemerintah untuk perpajakan dan belanja pada 31 Oktober ini. Ia telah memperingatkan pemerintah akan menghadapi keputusan-keputusan yang sulit.
Deputi Gubernur untuk Market dan Perbankan di Bank of England, Sir Dave Ramsden, mengatakan bahwa bank sentral sudah bekerja sama erat dengan kementerian keuangan terkait rencana ekonomi yang akan datang, seperti dikutip dari BBC.
Hal ini setelah bank sentral Inggris tersebut tidak diikutkan berkonsultasi terkait mini budget tersebut.
Sir Dave juga memberi tahu anggota parlemen di Komite Kementerian Keuangan bahwa perkembangan terakhir pada hasil investasi emas, suku bunga efektif pada pinjaman pemerintah telah menunjukkan bahwa kredibilitas sedang kembali ke kebijakan ekonomi Inggris.
Sementara itu, Shevaun Haviland selaku General Director Kamar Dagang Inggris, memperingatkan bahwa negara itu tidak bisa lagi melihat kegagalan-kegagalan pada kebijakannya.
“Ketidakpastian politik dan ekonomi dalam beberapa bulan terakhir telah menghancurkan keyakinan bisnis Inggris dan ini harus berakhir,” ujar Shevaun, dikutip dari BBC.
Perdana menteri yang baru harus stabil memegang kendali untuk melihat ekonomi pada kondisi-kondisi yang menantang ke depan, terang Shevaun lagi.
“Ini berarti mencanangkan rencana dengan biaya penuh untuk berurusan dengan isu-isu besar terkait bisnis, tagihan energi yang melonjak, kekurangan pekerja, inflasi berkepanjangan, dan suku bunga yang meninggi,” (*) Steven Widjaja
Jakarta - PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk akhirnya buka suara ihwal penarikan varian rasa Indomie… Read More
Jakarta – Mahkamah Agung (MA) resmi menolak permohonan kasasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex… Read More
Jakarta – Rupiah diproyeksi melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat setelah data Produk… Read More
Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meralat pernyataan sebelumnya terkait dugaan korupsi dana tanggung jawab… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibuka naik 0,27 persen ke level 6.995,73… Read More
Jakarta - Setelah sempat mengalami anjlok, harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari… Read More