Moneter dan Fiskal

RI dan Australia Tingkatkan Kerja Sama di Bidang Ekonomi

Jakarta – Pemerintah Indonesia meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi dengan Australia. Sebagai negara yang secara geografis berdekatan, kedua negara dianggap perlu untuk selalu melakukan pembaruan informasi kebijakan dan berbagi pengalaman terkait kebijakan pendapatan dan perpajakan, reformasi struktural, pasar modal dan jasa keuangan serta ekonomi Internasional.

Sebagai tindak lanjut untuk memperkuat hubungan Indonesia dan Australia khususnya dalam Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera) ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Australian Treasurer Josh Frydenberg MP menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di Canberra, Australia, pada hari ini (5/11).

“Kami sangat menghargai komitmen pemerintah Australia dalam kerjasama yang baik antar negara. Kementerian Keuangan sangat terbantu atas pengalaman Australia dalam mengelola fiskal dan juga reformasi perpajakan,” ujar Sri Mulyani dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Senin, 5 November 2018.

Beberapa hal yang menjadi cakupan dalam bidang kerja sama antara lain melalui kunjungan bilateral, konferensi/lokakarya, penelitian bersama, pertukaran informasi, magang/pertukaran pegawai, dan jadwal kerja sama tahunan. Kedua pihak akan memfasilitasi pertukaran dan pembagian informasi mengenai praktik kebijakan yang terbaik dan berbagi pengalaman teknis.

Melalui Prospera, sejumlah staf senior Treasury juga akan ditempatkan di kantor Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan.

Kerja sama ini memperbaharui MoU sebelumnya yang ditandatangani pada tahun 2013, dimana Australian Treasurer dan Badan Kebijakan Fiskal telah mengadakan dialog kebijakan ekonomi bilateral atau Bilateral Economic Policy Dialogue (BEPD). Setiap tahun, Treasury dan BKF akan mendiskusikan dan menentukan prioritas bersama atas keterlibatan dan kerja sama terkait kebijakan di tahun mendatang dan diadakan di lokasi yang bergantian.

Topik yang dibahas dalam BEPD antara lain topik internasional, regional, maupun bilateral yang menjadi kepentingan bersama. BPEP melengkapi dialog kebijakan tingkat tinggi atau high level policy dialogue (HLPD) yang telah dibentuk tahun 2006 yang dihadiri oleh Pemerintah Indonesia dan Australia serta lembaga penelitian dan fokus utamanya pada pengembangan kapasitas dan hubungan teknis. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

4 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

4 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

6 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

6 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

8 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

8 hours ago