Categories: Perbankan

Revisi UU Perbankan: Bank Mandiri Usul Bank Asing Dibatasi

Bank Mandiri menganggap perlu adanya perbedaan perlakuan bagi bank asing dan bank lokal. Ria Martati

Jakarta–PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) memberikan dua masukan untuk revisi Undang-Undang Perbankan yang saat ini tengah digodok oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, perlunya dicantumkan definisi bank asing dan bank lokal. Pasalnya, menurut Budi pada hampir semua negara ASEAN dan juga negara-negara besar di dunia dalam undang-undangnya diatur perbedaan mengenai definisi antara bank asing dan bank lokal. Sehingga pasal dalam undang-undang tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk peraturan turunan yang dibutuhkan.

“Indonesia sampai saat ini belum ada aturan mengenai perbedaan definisi mengenai bank asing dan bank lokal. Sehingga akan sulit bagi regulator pelaksana untuk membutuhkan aturan yang membedakan mengenai definisi bank asing dengan bank lokal,” kata Budi di hadapan Komisi XI DPR RI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 8 September 2015.

Kedua, adalah adanya multiple license atau izin berjenjang untuk operasi bisnis bank asing di Tanah Air. Di negara-negara lain, kata Budi, izin praktik operasional perbankan bagi bank asing diberikan secara berjenjang.

Contohnya, praktik bisnis perbankan Bank Mandiri di China, dilakukan secara berjenjang. Dalam lisensi pertama, Bank Mandiri hanya boleh menyalurkan kredit berdenominasi Dolar Amerika Serikat dan belum diberikan izin untuk menerima simpanan dan menyalurkan kredit berdenominasi Renminbi.

Setelah bisnis bank berjalan selama tiga tahun sampai dengan empat tahun, imbuh Budi, Bank Mandiri baru diberikan izin untuk menerima simpanan atau dana pihak ketiga dengan denominasi Renminbi namun masih dilarang untuk menyalurkan kredit berdenominasi Renminbi.

Dengan demikian, jika Bank Mandiri menginginkan untuk bisa menyalurkan kredit berdenominasi Renminbi dan menambah kantor cabang, masih harus membutuhkan waktu yang lama. Budi berhadap, multiple license itu bisa diterapkan di bisnis perbankan di Indonesia.

“Lisensi secara berjenjang itu berlaku hampir di semua negara. Jadi sangat sulit sekali bagi bisnis suatu perbankan untuk masuk ke negara tersebut dan langsung menjadi besar,” jelas Budi.

Di Indonesia, kata Budi, sudah ada aturan lisensi berjenjang dengan menerapkan definisi kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) berdasarkan modal inti bank yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Namun, Indonesia tetap membutuhkan perbedaan definisi bank asing dengan bank lokal sehingga praktik bisnis perbankan pun menjadi lebih jelas. (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

Banyak Fitur dan Program Khusus, BYOND by BSI Raih Respons Positif Pasar

Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More

10 hours ago

Pekan Kedua November, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp7,42 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More

13 hours ago

IHSG Sepekan Turun 1,73 Persen, Kapitalisasi Pasar Bursa jadi Rp12.063

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More

14 hours ago

Top! Baru Setahun, Allianz Syariah Sudah jadi Market Leader

Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More

18 hours ago

BPR Syariah BDS Serahkan Cash Waqf Linked Deposit Rp111 Juta ke Warga Yogyakarta

Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More

1 day ago

Antusiasme Mahasiswa Udayana Sambut Gelaran Literasi Keuangan Infobank

Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More

1 day ago