News Update

Respon Pemerintah Lambat, Ekonomi Bisa Minus Hingga Akhir Tahun

Jakarta – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini menyatakan bahwa respon kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi covid-19 terbilang masih sangat lambat.

Hal tersebut tercermin dari implikasi respon Pemerintah dalam bidang kesehatan dengan melonggarkan pergerakan masyarakat di saat kasus positif Covid-19 masih terus meningkat. Didik bahkan menyebut, bila peningkatan kasus positif belum juga berhenti, bakal mengancam ekonomi RI hingga akhir tahun.

“Justru Pemerintah yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi jadi negatif dan saya yakin kuartal III-2020 resesi dan kuartal IV-2020 jatuh lagi kalau penanganan seperti ini,” kata Didik melalui video conference Indef di Jakarta, Kamis 6 Austus 2020.

Menurutnya, Pemerintah harus hadir dalam penyelamat kesehatan dan juga perekonomian negara. Oleh karena itu, respon kebijakan Pemerintah harus sangat cepat dalam menangani pandemi covid-19 sebelum memulihkan ekonomi.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Eksekutif Tauhid Ahmad menilai akan sulit mengembalikan pertumbuhan ekonomi di rentang positif pada kuartal III-2020. Terlebih penyebaran covid-19 yang belum kunjung membaik, sehingga aktivitas di luar rumah, termasuk belanja masyarakat masih terbatas.

“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih negataif. Artinya kita memang harus siap menghadapi situasi resesi yang penting untuk kita hadapi secara serius,” tambah Tauhid.

Dirinya mengatakan, hingga kuartal II-2020 saja ekonomi RI sudah turun Rp145,64 triliun bila dihitung dengan PDB atas dasar harga berlaku. Dimana diketahui ekonomi RI berdasarkan PDB triwulan II atas dasar harga berlaku sebesar Rp3.687,7 triliun atau turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp3.963 triliun.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II-2020 minus hingga 5,32% secara tahunan. Sementara secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19% dan secara kumulatif terkontraksi 1,26%. Kontraksi ini lebih dalam dari konsensus pasar maupun ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 4,3% hingga 4,8%.

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Apindo Tolak Kenaikan PPN 12 Persen: Ancam Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More

4 mins ago

BI Laporkan Uang Beredar Oktober 2024 Melambat jadi Rp9.078,6 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More

41 mins ago

IIF Raih Peringkat Gold Rank pada Ajang Penghargaan ASRRAT

Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More

1 hour ago

Hyundai New Tucson Mengaspal di RI, Intip Spesifikasi dan Harganya

Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More

1 hour ago

Direktur Keuangan Bank DKI Raih Most Popular CFO Awards 2024

Jakarta - Romy Wijayanto, Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI menerima penghargaan sebagai Most Popular… Read More

1 hour ago

Wamenkop: Koperasi jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Jeratan Rentenir

Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More

2 hours ago