Jakarta – PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Syariah atau Manulife Syariah Indonesia resmi beroperasi penuh sejak 1 Desember 2024.
Peresmian perusahaan syariah ini dilakukan oleh Presiden Direktur Manulife Indonesia, Ryan Charland, bersama Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan, dalam sebuah seremoni pada 2 Desember 2024.
Sebagai hasil spin off dari PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Manulife Syariah Indonesia langsung mencuri perhatian dengan keberhasilan memenuhi persyaratan modal minimum (equity) yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk tahun 2026, bahkan sebelum tenggat waktu.
Diketahui mulai 2026, modal minimum yang harus dimiliki perusahaan asuransi sebesar Rp250 miliar, asuransi syariah Rp100 miliar, reasuransi Rp500 miliar, dan reasuransi syariah sebesar Rp200 miliar.
“Persyaratan modal minimum yang disyaratkan OJK pada 2026 sudah terpenuhi jauh sebelum tenggat waktu. Bahkan, hari ini pun kami sudah melampaui apa yang dipersyaratkan,” ujar Fauzi dalam acara Peluncuran Manulife Syariah Indonesia di Jakarta, Selasa (10/12).
Baca juga: Manulife Aset Manajemen Ramal BI Pangkas Suku Bunga 2 Kali Tahun Ini, Bagaimana dengan The Fed?
Ia juga memastikan bahwa perusahaan memiliki kesiapan untuk memenuhi persyaratan modal minimum hingga tahun 2028.
“Termasuk komitmen dari Manulife Holding, kami yakin untuk tenggat waktu modal minimum pada 2028 pun kami pasti akan melebihi daripada apa yang dipersyaratkan,” imbuhnya.
Persyaratan modal minimum pada 2028 dalam POJK 23/2023 dibedakan menjadi dua, yakni Kelompok Perusahaan Perasuransian Berdasarkan Ekuitas (KPPE) 1 dan KPPE 2. Sesuai Pasal 56 POJK 23/2023 ini, KPPE 1 dilarang menyelenggarakan kegiatan usaha dan/atau produk asuransi selain kegiatan usaha dan/atau produk asuransi sederhana.
Sedangkan KPPE 2 dapat menyelenggarakan seluruh kegiatan usaha dan/atau produk asuransi. Untuk KPPE 1, pada 2028 perusahaan asuransi harus memiliki modal minimum sebesar Rp500 miliar, asuransi syariah Rp200 miliar, reasuransi Rp1 triliun, dan reasuransi syariah Rp400 miliar.
Sementara untuk KPPE 2, perusahaan asuransi harus memiliki modal minimum Rp1 triliun, asuransi syariah Rp500 miliar, reasuransi Rp2 triliun, dan reasuransi syariah Rp1 triliun.
Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Punya Potensi jadi Inspirasi Perubahan Berkelanjutan
Fauzi menegaskan, Manulife Syariah Indonesia didirikan dengan visi besar untuk menjadi perusahaan mandiri yang mampu memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
“Pemegang saham kami menginginkan perusahaan ini bisa establish mandiri dan pada akhirnya memberikan manfaat bagi masyarakat banyak. Holding Manulife ingin agar kami bisa memproteksi sebanyak-banyaknya umat manusia,” jelasnya.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia menjadi pasar strategis bagi produk asuransi berbasis syariah. Fauzi berharap kehadiran Manulife Syariah Indonesia dapat meningkatkan jumlah keluarga yang terlindungi.
“Dengan hadirnya perusahaan syariah ini, diharapkan akan memberikan efek terhadap makin banyaknya keluarga Indonesia yang dilindungi. Itu target utamanya,” pungkasnya. (*) Alfi Salima Puteri
Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) mengungkapkan sejumlah rencana strategis dalam penguatan… Read More
Jakarta - Kehadiran layanan digital perbankan atau super apps telah mengubah lanskap industri keuangan. Kini, super… Read More
Jakarta - Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Ribka Haluk terus mendorong pemerintah daerah, terutama di… Read More
Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menyalurkan fasilitas kredit modal kerja ekspor… Read More
Jakarta - PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), atau Indonesia AirAsia, menyiapkan 554 ribu kursi penerbangan… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mencabut izin usaha PT BPR Pakan Rabaa Solok… Read More