Pasar Modal

Resesi Ekonomi AS, Pelemahan Pasar Saham Bakal Terbatas

Jakarta – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai dampak resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) terhadap pasar saham saat ini sudah mampu diperhitungkan oleh pasar.

Senior Portfolio Manager-Equality MAMI, Samuel Kesuma, menyatakan bahwa kali ini pasar secara bertahap sudah memperhitungkan terjadinya resesi terlihat dari pelemahan indeks S&P 500 yang sudah turun 19% di 2022.

“Harapannya adalah dengan pasar yang sudah memperkirakan kondisi resesi dari tahun lalu, maka risiko pelemahan pasar lebih lanjut di tahun ini dapat lebih terbatas,” ucap Samuel dalam Seeking Alpha dikutip, 17 Mei 2023.

Lebih lanjut, dirinya melihat bahwa ada faktor lain yang menjadi dukungan bagi pasar, yaitu adanya resesi yang muncul nantinya akan cenderung lebih ringan.

“Sektor tenaga kerja AS yang resilien dan excess saving masyarakat AS dari periode pandemi lalu dapat menjadi bantalan yang menopang tingkat konsumsi,” imbuhnya.

Sedangkan, untuk pasar saham Indonesia masih sangat potensial, dengan didukung faktor seperti pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar Rupiah yang stabil, serta inflasi yang menurun.

“Potensi katalis bagi pasar adalah apabila terdapat indikasi bahwa The Fed mulai mempertimbangkan untuk melakukan pemangkasan suku bunga, atau apabila terdapat indikasi bahwa pelemahan ekonomi di AS lebih terbatas dari ekspektasi pasar,” ujar Samuel.

Adapun, menurutnya faktor lain yang dapat dipertimbangkan investor adalah tingkat valuasi pasar saham Indonesia saat ini yang atraktif.

“PE ratio IHSG saat ini di kisaran 13x yang masih di bawah rata-rata 15x sehingga menawarkan titik masuk menarik bagi investor,” tambahnya.

Oleh karena itu, dirinya merekomendasikan sektor finansial yang merupakan proksi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan neraca yang konservatif dibanding emiten perbankan di negara maju.

Selain itu, sektor yang berhubungan dengan green economy merupakan
unggulan karena diuntungkan dari tren jangka panjang dekarbonisasi dan meningkatnya adopsi teknologi energi terbarukan.

Terakhir, sektor teknologi berpotensi diuntungkan dari strategi sebagian
besar perusahaan yang saat ini lebih berfokus pada profitabilitas dan semakin jelasnya kebijakan The Fed sudah mencapai puncak suku bunga. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Tarik Ulur Sentimen Pasar, Bitcoin Menguat ke USD85.000

Jakarta - Ajaib Kripto mencatat harga Bitcoin (BTC) kembali menguat ke kisaran USD85.000 pada awal… Read More

2 mins ago

RUPS Bank BJB: Diperkirakan Direksi dan Komisaris Dirombak Total, Ada Nama Helmi Yahya dan Mardigu di Kursi Komisaris

Jakarta – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau Bank BJB dijadwalkan… Read More

33 mins ago

Rayakan HUT ke 56 Tahun, Bank Mega Gelar Donor Darah & Pemeriksaan Mini Medical Check Up

Suasana kegiatan donor darah dan pemeriksaan Mini Medical Check Up saat di Auditorium Menara Bank… Read More

1 hour ago

Naik 1,20 Persen, IHSG Sesi I Ditutup Naik ke Level 6.445

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa, 15… Read More

3 hours ago

Sri Mulyani Siapkan Anggaran Rp2,66 Triliun untuk Tukin Dosen

Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyiapkan anggaran sebesar Rp2,66 triliun untuk membayar tunjangan kinerja… Read More

4 hours ago

Buyback Saham Rp50 Miliar, Erajaya Kirim Sinyal Optimisme ke Pasar

Jakarta - Emiten ritel teknologi dan gaya hidup PT Erajaya Swasembada Tbk. (IDX: ERAA) mengumumkan… Read More

5 hours ago