Judul: Diplomasi Ekonomi dari Pendidikan Vokasi Hingga Provokasi Sawit
Penulis: Muliaman D. Hadad
Penerbit: Rayyana Komunikasindo
Tahun Terbit: 2024
Jumlah Halaman: xii + 360 halaman
ISBN: 978-623-5378-39-8
Buku ini ditulis oleh Muliaman Darmansyah Hadad, ekonom berpengalaman yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia periode 2006-2012, dan Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2012-2017.
Usai dirinya purna tugas dari jabatan Ketua Komisioner OJK pada Juli 2017 lalu, Muliaman mendengar kabar dari Menteri Sekretariat Negara, Pratikno bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan posisi sebagai Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Swiss merangkap Liechtenstein.
Singkat cerita, pria kelahiran 3 April 1960 ini akhirnya memberanikan diri mengikuti fit dan proper test bersama dengan kandidat Dubes lainnya. Muliaman resmi menjabat posisi tersebut pada Februari 2018 hingga tugasnya berakhir pada Maret 2023.
Pengalaman dan perjuangannya sebagai Dubes Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein dituangkan ke dalam buku ini. Kisah-kisah dari pria dengan 3 gelar magister dan 1 gelar doktor ini cocok bagi pembaca yang hendak memahami lebih detail soal hubungan bilateral antar 2 negara, serta spesifik mendalami seluk-beluk hubungan Indonesia dengan Swiss.
Ulasan:
Salah satu fokus utama dalam tugas Muliaman sebagai Dubes untuk Swiss yaitu membentuk kerja sama ekonomi dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) dengan bentuk Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), dikenal dengan istilah EFTA-CEPA.
Saat itu, permasalahan utama dari kerja sama ini mengenai ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia, yang mendapat penolakkan dari Swiss selaku salah satu dari empat negara anggota EFTA. Bahkan, penolakkan terhadap minyak kelapa sawit ini juga diikuti oleh negara-negara Uni Eropa lainnya.
Penolakkan ini sudah masuk ke tahap mereka melakukan berbagai upaya penjegalan demi mencegah masuknya minyak kelapa sawit dari Indonesia. Terdapat berbagai alasan kenapa negara-negara Eropa menolak komoditas ini.
Misalnya, minyak kelapa sawit yang mengancam komoditas minyak dari benua biru seperti minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Ada pula yang menentang karena minyak kelapa sawit diproses dengan cara yang merusak lingkungan.
Dengan demikian, Muliaman selaku Dubes Indonesia untuk Swiss bertugas dalam
menjembatani ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dengan negara EFTA. Proses ini
berjalan dengan alot dan memakan waktu lama, hingga akhirnya Swiss berkenan
memasukkan komoditas ini ke dalam kerangka EFTA-CEPA.
Selain membahas polemik ekspor minyak kelapa sawit, Muliaman juga membahas beragam fakta menarik mengenai negara dengan ibu kota Bern ini. Mulai dari sejarah hubungan bilateral Swiss dengan Indonesia, kesamaan Swiss dan Indonesia, serta kondisi geopolitik di negara tersebut. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta - Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Senin, 23 Desember… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) beserta seluruh Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI)… Read More
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More