Jakarta–China Markets Strategist ANZ David Qu memperkirakan People Bank Of China (PBoC) akan melanjutkan langkah menekan nilai tukar mata uangnya.
Pemerintah China seperti diketahui telah melakukan berbagai langkah pelonggaran untuk menstabilisasi ekonomi dengan menekan nilai tukar dan tingkat imbal hasil utangnya. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi terus melambat. ANZ memperkirkaan perlambatan tersebut akan berlanjut, tahun ini China diperkirakan hanya tumbuh 6,8%, tahun depan 6,4%, dan tahun berikutnya 6%.
“Kami perkirakan PBoC melanjutkan untuk memotong RRR sepanjang 2016 dan depresiasi RMB berlanjut secara gradual di 2016 dan 2017,” kata dia dalam paparan ekonomi di Jakarta, Kamis 5 November 2015. Depresiasi nilai tukar tersebut dilakukan untuk mendorong daya saing ekspor dan mengurangi risiko deflasi.
Dia memperkirakan, pada Desember ekspor China masih akan tumbuh negatif 6,8%, sementara secara keseluruhan tahun 2015 ini ekspor China diperkirakan tumbuh negatif 15,1%. Pada Setember lalu pertumbuhan ekspor China tercatat 1,1% yoy, lebih baik dari Agustus lalu yang tercatat -6,1%. Sementara RRR diperkirakan terus akan dipangkas. Sejak akhir 2014 lalu, PBoC telah mengurangi benchmark lending rate enam kali mencapai 165 bps. (*) Ria Martati
Jakarta - PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Central Counterparty Pasar Uang dan Valuta… Read More
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melalui aplikasi wondr by BNI… Read More
Jakarta - Meski masuk jajaran negara G-20 atau negara dengan ekonomi terbesar, Indonesia rupanya masih… Read More
Jakarta – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) menolak rencana pemerintah menaikkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 25 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta - Universal BPR adalah contoh nyata bagaimana bisnis keluarga dapat berkembang dan beradaptasi dengan… Read More