Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjelaskan kondisi asumsi makro Indonesia khususnya nilai tukar rupiah masih jauh dari target APBN 2018. Tercatat hingga 9 September 2018 angka rata-rata nilai tukar rupiah bertengger diangka Rp14.013 per dollar Amerika Serikat (AS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, kondisi tersebut terjadi akibat masih tingginya gejolak ekonomi yang terjadi di eksternal khususnya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
“Untuk nilai tukar rupiah hingga 9 September 2018 berada di Rp14.896 sehingga kita hitung dr awal tahun sampai September 2018 rata-rata Rp14.013 ini karena semester satu masih dibawah Rp14.000,” jelas Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat 21 September 2018.
Sri Mulyani menyebut, masih tingginya tekanan dari sisi eksternal, depresiasi rupiah diperkirakan masih akan berlanjut. Oleh karena itu, Pemerintah melakukan kebijakan untuk penguatan neraca pembayaran.
“Penguatan neraca salahsatunya dengan pengendalian impor beberapa barang sehingga diharapkan menciptakan pergerakan rupiah ke arah stabil,” kata Sri Mulyani.
Sebagai informasi, Pemerintah sendiri dalam target APBN 2018 mencatatkan angka nilai tukar diangka Rp 13.400 per dollar AS. Namun secara rinci data nilai tukar hingga 9 September 2018 nilai tukar berada diangka Rp14.013.(*)
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, dari total jumlah investor pasar modal… Read More
Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sebelumnya telah menetapkan kebijakan tarif resiprokal terhadap… Read More
Jakarta – Kapasitas ruang fiskal APBN masih sangat terbatas dalam mendanai berbagai proyek transisi energi… Read More
Jakarta - Tahun 2024 lalu, perusahaan akuntansi multiglobal, menemukan data bahwa 53 persen pemimpin perusahaan… Read More
Jakarta - PT Bank BTPN Syariah Tbk mencatatkan kinerja yang solid pada kuartal I 2025… Read More
Jakarta – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mengawali 2025 dengan catatan positif. Di… Read More