Jakarta – Perkembangan realisasi penanaman modal hingga semester I-2022 meningkat 38% mencapai Rp584,6 triliun, angka tersebut disumbang dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp310,4 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp274,2 triliun.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BPKM, Indra Darmawan menjelaskan bahwa terjadi kenaikan sebesar 35,8% di sektor PMA dari Rp228,5 triliun menjadi Rp310,4 triliun yang dikarenakan terjadi pemulihan kembali pabrik-pabrik yang terdampak pandemi.
“Nah kita liat pertumbuhannya dari angka triwulan naiknya luar biasa 35% yoy dibandingkan triwulan II-2021, pertumbuhannya juga tinggi, lalu kita liat PMAnya naik 35,8% menandakan PMA pulih kembali karena tahun lalu masih banyak yang masih terhambat operasi pabriknya akibat pandemi,” ucap Indra dalam Webinar Dampak Realisasi Investasi Semester I-2022 di Jakarta, 29 Juli 2022.
Adapun target realisasi penanaman modal telah mencapai sebesar 48,7% dari Rp1.200 triliun yang sebelumnya jumlah target tersebut telah terjadi peningkatan hingga 30% dari Rp900 triliun, dan didukung oleh sektor hilirisasi seperti industri logam dasar dan pertambangan.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto sebagai akademisi menjelaskan bahwa ketika suatu perusahaan mengalami peningkatan investasi, hal tersebut akan mengakibatkan kenaikan aktifitas sektor dan berdampak pada kebutuhan tenaga kerja sektor industri, bahan baku, dan aktifitas angkutan meningkat.
“Misalnya ada investasi di pabrik ban atau ada hilirisasi ibaratnya, itu dia akan mengenerate ke sektor-sektor yang lainnya, sehingga dampak langsungnya adalah industri ban didukung industri karet, baja dan lain-lain, dampak tidak langsungnya ada industri lain yang mendukung, misalnya industri ban atau karet butuh petani,” ucap Teguh.
Teguh menambahkan bahwa para akademisi telah melakukan simulasi untuk mengelaborasi dampak dari realisasi penanaman modal. Sehingga, dari total angka realisasi penanaman modal, mendorong dampak langsung sebesar Rp214 triliun dan Rp119 triliun untuk dampak tidak langsung.
“Artinya in total bahwa dampak terhadap output ke perekonomian itu ada Rp919 triliun, artinya dampak initialnya Rp584,6 triliun, sisanya adalah bagaimana investasi dapat mengenerate ekonomi dan multiplayernya yang perlu di highlight,” tambah Teguh. (*) Khoirifa
Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan rencana untuk mengakhiri konflik yang berlangsung… Read More
Jakarta – PT Asuransi Allianz Utama Indonesia (Allianz Utama) mencatatkan pertumbuhan positif untuk Growth Written Premium atau GWP… Read More
Jakarta - PT PLN (Persero) memastikan keandalan pasokan listrik menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru… Read More
Jakarta– KB Bank mulai mencetak kinerja positif dengan perbaikan kualitas aset dan ekspansi portofolio kredit… Read More
Jakarta - Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri Darmawan Junaidi menilai, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengurangi… Read More
Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) buka suara terkait isu serangan ransomware terhadap… Read More