Jakarta – Fenomena gelombang panas (heatwave) kembali melanda dunia. Sejumlah negara bahkan melaporkan ratusan kasus kematian warganya akibat suhu panas ektrem dari biasanya.
Di India, gelombang panas ektrem dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan sebanyak 166 kasus kematian yang tersebar di negara bagian Uttar Pradesh Utara dan wilayah Bihar.
Sejumlah rumah sakit setempat pun kewalahan karena jumlah pasien meningkat drastis pada Senin (19/6). Belum lagi kondisi ini dibarengi dengan pemadaman listrik secara rutin.
Salah satunya, rumah sakit besar yang terletak di distrik Ballia Uttar Pradesh sudah kelebihan kapasitas menampung pasien heatstroke. Situasi pun semakin pelik, di mana kamar mayat sudah penuh sesak setelah 54 orang meninggal. Bahkan, beberapa keluarga diminta untuk membawa pulang jenazah kerabatnya.
Departemen Meteorologi India (IMD) melaporkan, wilayah utara India memang terkenal akan panas teriknya. Dalam beberapa hari terakhir, suhu tertinggi mencapai 43.5 derajat celcius, yang melampaui rata-rata normal sekitar 5 Celcius.
“Kami telah mengeluarkan peringatan gelombang panas selama beberapa hari terakhir,” kata ilmuwan IMD Atul Kumar Singh dikutip dari AP News, Selasa (20/6).
Menteri Kesehatan Uttar Pradesh Brijesh Pathak mengatakan, pihaknya sudah mengambil langkah strategis untuk memastikan tersedianya pasokan listrik agar tidak terganggu di negara bagian itu.
“Setiap desa dan setiap kota harus mendapatkan pasokan listrik yang cukup selama panas terik ini. Jika terjadi kesalahan, harus segera ditangani,” ungkapnya melalui keterangannya resmi dikutip, Selasa 20 Juni 2023.
Gelombang Panas di Negara Lain
Di Amerika Serikat (AS), lebih dari 35 juta orang di sejumlah negara bagian termasuk Texas, Louisiana dan Florida diterpa gelombang panas yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga sepekan ke depan.
Badan perkiraan cuaca setempat memperingatkan, kondisi yang tidak stabil dapat memicu badai petir yang telah memadamkan aliran listrik mulai dari Oklahoma hingga Mississippi.
Kondisi cuaca juga telah menyebabkan angin kencang di Barat Daya yang meningkatkan ancaman kebakaran lahan di Arizona dan New Mexico.
Dinukil VOA, berdasarkan data PowerOutage.us, lebih dari 740.000 warga mengalami pemadaman listrik di Oklahoma, Texas, Louisiana, Arkansas, dan Mississippi.
Kondisi serupa juga terjadi di Meksiko. Gelombang panas ektrem telah yang terjadi baru-baru ini telah menewaskan 8 orang.
Kementerian Kesehatan Meksiko melaporkan, sejumlah pasien yang di rawat di rumah sakit datang dengan keluhan sengatan matahari akibat gelombang panas.
Cuaca panas yang mencapai lebih dari 40 derajat celcius itu sendiri terjadi di bagian wilayah Sonora, Veracruz, Quintana Roo dan Oaxaca. Ahli meteorologi memperkirakan kondisi ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Gelombang Panas ‘Bakar’ Ekonomi Negara
Gelombang panas ektrem yang melanda dunia saat ini turut memengaruhi pelbagai aktivitas manusia. Tak terkecuali, dari sisi perekonomian suatu negara. Apalagi, jika gelombang panas terjadi dalam waktu lama tanpa ada antisipasi dari pemerintah setempat.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan, dampak gelombang panas yang terjadi saat ini akan langsung dirasakan oleh sektor industri.
“Aktivitas ekonomi menjadi terhambat dan kegiatan produksi pabrik bisa terhenti karena ada heat wave di mana para pekerja menyelamatkan diri dari cuaca ekstrem sehingga berdampak berhentinya aktivitas ekonomi ,” katanya, kepada Infobanknews.
Tidak hanya pada sektor industri, gelombang panas ekstrem juga berdampak besar pada sektor pertanian. Hal ini berdasarkan kepada pola yang terjadi di negara lain yang menyebabkan aktivitas industri terhenti.
“Kondisi ini juga pernah terjadi di China sekitar 1-2 tahun lalu yang menyebabkan aktivitas industri terhenti,” jelasnya.
Menurutnya, dampak buruk gelombang panas yang lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan alat produksi, seperti rusaknya lahan pertanian sehingga menurunkan produksi pangan.
“Ini yang bisa meluas di banyak negara dan tidak menutup kemungkinan daerah lain di Indonesia yang sudah merasakan panas ekstrim,” terangnya.
Meski begitu, jika gelombang panas hanya menghentikan aktivitas ekonomi, seperti produksi dan konsumsi maka dampak ekonominya masih jangka pendek.
Namun, apabila gelombang panas menimbulkan kerusakan maka dampaknya kepada ekonomi bisa jangka panjang. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More